0
Wednesday 11 December 2024 - 06:45

Ke Mana Langkah Israel dan Suriah Selanjutnya setelah Assad Tumbang?

Story Code : 1177652
Ke Mana Langkah Israel dan Suriah Selanjutnya setelah Assad Tumbang?
Dilansir dari Deutsche Welle, jatuhnya Bashar Assad di Suriah membuat Israel mengamati dengan saksama dan melihat apa yang akan terjadi selanjutnya di Suriah. Analis mengatakan bahwa perubahan di negara tetangga tersebut menghadirkan peluang dan risiko.

Selama akhir pekan, jet tempur Israel menyerang lebih dari 100 target di Suriah, kata kelompok pemantau. Serangan Israel menargetkan infrastruktur militer Suriah, termasuk pangkalan udara, lokasi tempat penelitian roket diduga dilakukan, dan tempat senjata kimia diduga disimpan. Di antara target tersebut adalah lokasi di ibu kota Suriah, Damaskus.

"Kami menyerang sistem persenjataan strategis, seperti, misalnya, senjata kimia yang tersisa, atau rudal dan roket jarak jauh, agar tidak jatuh ke tangan para ekstremis," kata menteri luar negeri Israel, Gideon Saar, di Yerusalem pada  Senin.

Pasukan Israel kemudian bergerak ke zona penyangga demiliterisasi yang memisahkan Israel dan Suriah dan yang dipatroli oleh pasukan penjaga perdamaian PBB.

Laporan menunjukkan mereka kemudian juga bergerak melampaui zona penyangga, yang berjarak sekitar 40 kilometer dari Damaskus. Ini berarti mereka telah bergerak lebih jauh ke Suriah daripada yang pernah mereka lakukan sejak penandatanganan perjanjian pelepasan antara kedua negara pada tahun 1974.

Pada Selasa pagi, tiga sumber mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa pasukan Israel sekarang hanya berjarak 25 kilometer (15,5 mil) barat daya Damaskus. Seorang juru bicara militer Israel membantahnya.


Pasukan Israel di dalam wilayah Suriah?
Israel menduduki Dataran Tinggi Golan pada tahun 1967 dan mencaplok wilayah tersebut pada tahun 1981. Sebagian besar masyarakat internasional, kecuali AS, menganggap wilayah tersebut sebagai bagian dari Suriah dan Israel mendudukinya secara ilegal.

Perdana Menteri Israel Netanyahu menjelaskan bahwa tindakan tersebut diperlukan karena militer Suriah — yang tampaknya setia kepada rezim Assad — telah menarik diri dari wilayah tersebut, yang berarti "runtuhnya perjanjian Pemisahan Pasukan dari tahun 1974 antara Israel dan Suriah."

Netanyahu mengklaim bahwa tindakan pasukan Israel tersebut bersifat sementara dan hanya akan berlangsung hingga pengaturan baru dapat dibuat.

"Jika kita dapat membangun hubungan bertetangga dan hubungan damai dengan pasukan baru yang muncul di Suriah, itulah keinginan kita," tambahnya dalam sebuah konferensi pers di Yerusalem. "Tetapi jika tidak, kita akan melakukan apa pun untuk mempertahankan Negara Israel dan perbatasan Israel."

Tetapi dia kemudian juga mengatakan bahwa "Golan akan menjadi bagian dari Negara Israel untuk selamanya."


Kritik yang berkembang
Kritik terhadap langkah Israel yang dilaporkan semakin jauh ke Suriah terus meningkat. PBB mengatakan bahwa langkah tersebut melanggar perjanjian tahun 1974.

Sekutu terdekat Israel, AS, ikut mengonfirmasi bahwa langkah tersebut hanya bersifat sementara. Sementara Menteri luar negeri Yordania, tetangga utara Israel, mengutuk pergerakan pasukan tersebut, dan kementerian luar negeri Arab Saudi mengatakan pergerakan pasukan Israel menunjukkan bahwa Israel tampaknya bertekad untuk "menyabotase peluang Suriah dalam memulihkan keamanan, stabilitas, dan integritas teritorialnya."

"Bahkan jika itu sementara, apa tujuannya?" Eyal Zisser, seorang pakar Suriah dan wakil rektor Universitas Tel Aviv.

"Saya dapat memahami mengapa mereka mengebom dan menyerang senjata kimia di Suriah yang ditinggalkan oleh rezim. Namun, untuk menggerakkan pasukan. Semangat Suriah tidak menentang Israel, sama sekali tidak diarahkan ke Israel. Tidak ada yang menyebut Israel. Jadi, mengapa memaksakan diri [untuk ikut campur]?" tandasnya.[IT/AR]
Comment