0
Thursday 5 September 2024 - 16:59
Boikot

Boikot Coca-Cola dan Pepsi Berhasil Kembangkan Produk Lokal Negara-Negara Muslim [Bag 2]

Story Code : 1158154
Boikot Coca-Cola dan Pepsi Berhasil Kembangkan Produk Lokal Negara-Negara Muslim [Bag 2]
Di Pakistan, seorang eksekutif perusahaan tersohor bernama Sunbal Hassan melarang Coca-Cola dan Pepsi masuk dalam menu pernikahannya di Karachi pada bulan April. Ia mengungkapkan keengganannya untuk turut mendonasikan uangnya ke kas pajak Amerika Serikat yang notabene adalah sekutu terdekat Israel.

"Dengan boikot, seseorang dapat berperan (dalam isu Palestina) dengan tidak menyumbang dana (kepada AS dan Israel)," kata Hassan. Sebagai gantinya, ia menyajikan merek Pakistan Cola Next untuk tamu pernikahannya.

Aksinya ini diikuti oleh sejumlah asosiasi dan paguyuban restoran, sekolah dan universitas serta jajaran pelajar dan mahasiswa Pakistan terutama di Karachi. Aksi serentak tersebut membuat perusahaan soft drink lokal Pakistan seperti Cola Next dan Pakola mengalami pelonjakan popularitas sampai 12 persen setelah ramainya aksi boikot.

Pakistan bukanlah negara yang asing dengan aksi boikot. Mereka bersama India telah menerapkan tindak perlawanan ini sejak di bawah pendudukan kolonial Inggris. Baik saat mereka menggelar aksi anti-perbudakan gula, garam, nila, pakaian dan indigo pada abad ke-18 hingga mencapai kemerdekaannya pada tahun 1947.

Di Iran, perusahaan minuman soft drink lokal dengan merek Zam-Zam mengalami peningkatan penjualan yang luar biasa baik di dalam negeri maupun di luar negeri dalam enam bulan terakhir. Iran mengekspor produk minumannya ke 23 negara termasuk negara-negara mayoritas muslim di Timur Tengah, Asia dan Afrika.

Total produksi minuman Zam-Zam pada periode 2023-2024 meningkat sampai 166% dari periode 2022-2023. Total pendapatan pada periode yang sama juga meningkat hingga 357% dalam penjualan dengan Riyal Iran dan 419% dalam penjualan dengan Dolar AS.

Sementara itu itu, Pepsi yang merupakan salah satu perusahaan yang memiliki pertumbuhan paling pesat di Timur Tengah mengalami hambatan penjualan yang luar biasa sejak agresi ke Gaza dimulai pada Oktober 2023 lalu. Hal ini diakui oleh CEO PepsiCo, Ramon Laguarta.

“Beberapa konsumen memutuskan untuk membuat pilihan yang berbeda dalam pembelian mereka karena persepsi politik,” ujar Laguarta. Ia mengatakan bahwa aksi boikot tersebut “berdampak pada penjualan perusahaannya di wilayah-wilayah tertentu” seperti Lebanon, Pakistan, dan Mesir. Meski begitu, ia mengatakan akan mengatasinya seiring berjalannya waktu.

Total pendapatan PepsiCo dari divisi Afrika, Timur Tengah, dan Asia Selatan mencapai $6 miliar pada tahun 2023, menurut laporan laba rugi. Pada tahun yang sama, pendapatan Coca-Cola dari wilayah Eropa, Timur Tengah, dan Afrika mencapai $8 miliar, menurut laporan perusahaan.

Laporan tersebut menambahkan bahwa dalam enam bulan setelah 7 Oktober, volume minuman PepsiCo di divisi Afrika, Timur Tengah, dan Asia Selatan hampir tidak tumbuh. Padahal pada kuartal yang sama di tahun 2022/2023, pendapatan perusahaan mengalami pertumbuhan hingga 15 persen.

Volume penjualan Coca-Cola di Mesir menurun hingga dua digit poin persentase dalam enam bulan sampai 28 Juni menurut data dari perusahaan pembotolan Coca-Cola di Mesir. Padahal pada periode yang sama tahun lalu, volume penjualan mengalami peningkatan sampai 1 digit lebih tinggi dari tahun sebelumnya.

Di tengah segala kecaman dan aksi-aksi boikot ini, perusahaan Coca-Cola dan PepsiCo menyatakan bahwa mereka tidak mendanai operasi militer di Israel atau negara lain mana pun.

Mereka juga menyatakan bahwa baik perusahaan maupun mereknya tidak berafiliasi dengan pemerintah atau militer manapun di dunia. Pernyataan tersebut merupakan upaya putus asa yang dilakukan Coca-Cola untuk mengembalikan pangsa pasarnya yang merosot akibat gerakan boikot.

Merek Amerika lainnya yang dianggap sebagai simbol budaya Barat, seperti McDonalds dan Starbucks juga menghadapi boikot anti-Israel.

Merosotnya dua raksasa minuman softdrink ini merupakan peluang bagi para pemuda di negara-negara mayoritas muslim untuk mengerahkan seluruh kreatifitasnya guna menggenjot produksi dan penjualan sampai mampu menggantikan dua merek tersebut dengan merek lokal. [IT/G]
 
 
 
 
 
 
Comment