Hizbullah Menembakkan Puluhan Roket ke Pangkalan Strategis Israel

Dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu (7/7), Hizbullah mengatakan mereka telah menembakkan 60 roket Katyusha ke wilayah Jebel Al-Marq, tempat Pangkalan Udara Meron berada, dan menambahkan bahwa rudal tersebut langsung mengenai pangkalan pengawasan Meron.

Kelompok perlawanan Lebanon melanjutkan dengan mengatakan bahwa serangan tersebut menyebabkan hancurnya sebagian peralatan pangkalan dan kebakaran di dalamnya.

Hizbullah lebih lanjut mencatat bahwa serangan itu dilakukan untuk mendukung warga Palestina di Gaza dan sebagai tanggapan atas pembunuhan ZIonis Israel terhadap salah satu anggotanya, Meitham Mustafa al-Attar, di wilayah Bekaa Lebanon sehari sebelumnya.

Media Zionis Israel juga melaporkan bahwa 60 rudal dan roket diluncurkan dari Lebanon menuju Pangkalan Udara Meron di wilayah Galilea Atas. Perkembangan terbaru terjadi sehari setelah pejuang Hizbullah melakukan operasi baru terhadap instalasi militer besar di wilayah pendudukan, melukai setidaknya dua tentara Zionis Israel.

Kelompok perlawanan mengatakan serangan roket itu terjadi sebagai pembalasan atas serangan militer Zionis Israel di desa Yohmor, Arnoun al-Shaqif dan Kfar Tebnit di Lebanon selatan.

Rezim Zionis Israel telah berulang kali menyerang Lebanon selatan sejak 7 Oktober, ketika melancarkan perang genosida di Gaza yang telah menewaskan sedikitnya 34.388 warga Palestina, sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.

Sebagai pembalasan, Hizbullah melancarkan serangan roket hampir setiap hari terhadap posisi Zionis Israel.

Pertempuran tersebut telah memaksa evakuasi puluhan ribu orang dari bagian utara wilayah pendudukan, di tengah tembakan roket dan penembakan yang dilakukan oleh Hizbullah dan kelompok sekutu Palestina.

Hizbullah telah berjanji untuk mempertahankan serangan balasannya selama rezim Zionis Israel melanjutkan perang di Gaza, yang sejauh ini telah menewaskan 38.100 orang dan melukai 87.828 orang.

Hizbullah telah melancarkan dua perang Israel melawan Lebanon pada tahun 2000 dan 2006. Perlawanan tersebut memaksa rezim tersebut mundur dalam kedua konflik tersebut. [IT/r]