Ketua PBB Menyesalkan Ketidakmampuan Melindungi Staf yang Tewas dalam Konflik Gaza 'Israel'
Story Code : 1140261
Guterres pada hari Kamis (6/6) menghadiri upacara di Markas Besar PBB, di New York, untuk berduka atas 188 personel PBB yang kehilangan nyawa saat bertugas pada tahun 2023.
“Hari ini kita mengenang & menghormati 188 rekan kita di PBB yang kehilangan nyawa saat menjalankan tugas tahun lalu,” kata Guterres.
Di antara staf tersebut terdapat 135 orang, baik perempuan maupun laki-laki, yang bekerja dengan UNRWA, yang terbunuh dalam genosida entitas Zionis “Israel” di Gaza yang dimulai pada bulan Oktober.
Guterres mengatakan beberapa personel UNRWA “tewas bersama keluarga mereka akibat pemboman terhadap rumah mereka; yang lain sedang bekerja, baik di kantor maupun di tempat penampungan.” Dia mengulangi seruannya “untuk perhitungan penuh atas setiap kematian ini.”
“Mereka itu guru, supir, dokter, petugas sanitasi, satpam, apoteker, asisten administrasi dan lain-lain. Mereka adalah ibu, ayah, putra, putri, suami, istri. Mereka adalah rekan kami. Mereka adalah teman kami. Dan saya secara pribadi merasa terpukul karena meskipun kami telah melakukan upaya terbaik, kami tidak dapat melindungi personel kami di Gaza,” katanya.
Sebanyak 135 personel UNRWA yang terbunuh di Gaza mewakili jumlah tertinggi personel PBB yang tewas dalam satu konflik atau bencana alam sejak pembentukan PBB.
“Sejauh ini, jumlah tersebut merupakan jumlah tertinggi personel kami yang terbunuh dalam satu konflik atau bencana alam sejak pembentukan PBB – sebuah kenyataan yang tidak dapat kami terima,” keluh Sekjen PBB.
Banyak korban terjadi di kalangan keluarga mereka dan komunitas yang mereka layani.
Lembaga tersebut mematuhi peraturannya dengan mendapatkan persetujuan dari anggota keluarga untuk mencantumkan nama orang yang mereka cintai dalam layanan tersebut. Namun untuk UNRWA, hanya 22 keluarga yang bisa dihubungi.
“Sayangnya, kami tidak dapat menghubungi banyak anggota keluarga rekan-rekan UNRWA kami karena mereka terbunuh atau dipaksa meninggalkan rumah mereka akibat operasi militer Zionis ‘Israel’,” jelas Guterres.
Pada hari Kamis (6/6), Philippe Lazzarini, ketua UNRWA, melaporkan bahwa sebuah sekolah yang telah diubah menjadi tempat penampungan sementara oleh UNRWA menjadi sasaran serangan udara Zionis “Israel” semalam, yang mengakibatkan sedikitnya 40 orang tewas, termasuk perempuan dan anak-anak.
Tempat penampungan tersebut menampung 6.000 pengungsi pada saat serangan terjadi.
"Satu lagi hari yang mengerikan di Gaza. Sekolah UNRWA lainnya yang menjadi tempat penampungan diserang. Kali ini di Nuseirat, di Wilayah Tengah, diserang semalaman oleh Pasukan Zionis 'Israel' tanpa peringatan sebelumnya kepada para pengungsi atau UNRWA," katanya di platform media sosial X. .[IT/r]