Serangan Drone Menargetkan Pangkalan Militer AS di Irak Utara
Story Code : 1100079
Perlawanan Islam di Irak, sebuah kelompok payung pejuang anti-teror, dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan di saluran Telegramnya, mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap instalasi milik AS di Bandara Internasional Erbil pada Minggu (3/12) pagi.
Pernyataan itu menambahkan bahwa drone bermuatan bahan peledak tersebut langsung menyerang sasaran yang ditentukan dan menghancurkannya.
Belum ada laporan segera mengenai kemungkinan korban jiwa atau tingkat kerusakan yang ditimbulkan.
Sabereen News, saluran berita Telegram yang terkait dengan Unit Mobilisasi Populer anti-teror Irak, juga melaporkan insiden tersebut.
Serangan itu terjadi di tengah meningkatnya sentimen anti-AS atas dukungan kuat Washington terhadap perang Zionis Israel melawan warga Palestina di Jalur Gaza yang terkepung, yang telah menewaskan sedikitnya 15.207 orang, sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.
40.650 orang lainnya juga terluka. Lebih dari 7.500 orang dilaporkan hilang, mungkin meninggal atau terjebak di bawah reruntuhan menunggu untuk diselamatkan.
Rezim Zionis Israel melancarkan perang setelah kelompok perlawanan Gaza melakukan Operasi Badai Al-Aqsa, operasi terbesar mereka melawan entitas pendudukan selama bertahun-tahun. Sejak dimulainya perang pada tanggal 7 Oktober, Amerika Serikat mendukung serangan ganas Israel di wilayah Palestina sebagai sarana “pertahanan diri.”
Dewan Perwakilan Rakyat AS pada tanggal 2 November mengesahkan paket bantuan militer mandiri senilai $14,3 miliar untuk Zionis Israel. Namun undang-undang tersebut belum mendapat persetujuan Senat.
Washington juga telah memveto resolusi Dewan Keamanan PBB yang meminta rezim pendudukan untuk menghentikan agresinya.[IT/r]