WSJ: Israel dan AS Memperdebatkan Keluarnya Pejuang Hamas dari Gaza
Story Code : 1099399
Sebuah pengaturan serupa dengan kesepakatan yang dinegosiasikan Reagan untuk mencabut pengepungan Beirut dilaporkan sedang dibahas
Reagan pada saat itu menekan Perdana Menteri Israel Menachem Begin untuk menghentikan pemboman ibu kota Lebanon. Gencatan senjata yang dimediasi AS melibatkan relokasi ribuan pejuang Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) ke negara lain.
The Wall Street Journal melaporkan pada hari Rabu (29/11) bahwa Washington sedang mendiskusikan pengaturan serupa untuk Gaza dengan Zionis Israel.
Berdasarkan proposal tersebut, ribuan pejuang kelompok militan Palestina Hamas akan diizinkan meninggalkan daerah kantong yang terkepung tersebut. Surat kabar tersebut tidak secara langsung menghubungkan gagasan tersebut dengan AS, dan menyebutnya sebagai bagian dari “perkembangan pembicaraan Zionis Israel dan Amerika tentang siapa yang akan memerintah Gaza” setelah permusuhan berakhir.
Pengusiran paksa akan melemahkan basis kekuatan kelompok tersebut di wilayah tersebut. Keberlangsungan ide tersebut masih dipertanyakan, kata laporan itu. “Saya tidak melihat mereka serasional PLO,” kata seorang pejabat Zionis Israel kepada WSJ. “Ini adalah organisasi yang lebih religius dan jihadis yang terhubung dengan ide-ide Iran.”
Zionis Israel membantu Hamas mendapatkan kekuasaan, melihatnya sebagai penyeimbang yang berguna bagi PLO sekuler dan sayap politiknya Fatah, yang saat ini mengendalikan Otoritas Palestina (PA) di Tepi Barat. Di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, kebijakan tersebut, yang tidak diakui secara publik, “adalah memperlakukan Otoritas Palestina sebagai beban dan Hamas sebagai aset,” menurut Times of Israel.
Perpecahan di antara warga Palestina membantu Zionis Israel menghalangi pembicaraan mengenai solusi dua negara terhadap konflik Timur Tengah. Selama pembicaraan, Zionis Israel menolak memberikan kendali kepada Otoritas Palestina atas Gaza setelah penggulingan Hamas, kata WSJ.
Banyaknya korban sipil yang ditimbulkan oleh pasukan Zionis Israel selama pengepungan Beirut menyebabkan keretakan diplomatik antara Washington dan Yerusalem Barat. Reagan menghentikan pengiriman munisi tandan ke Zionis Israel dan bahkan menyebut kekerasan di Lebanon sebagai “holocaust” dalam komunikasinya dengan Begin.
Pemimpin Israel tersebut mengatakan bahwa dia terluka dengan perbandingan tersebut, namun meremehkan keseluruhan panggilan telepon tersebut dan menyebutnya sebagai “satu kesalahpahaman besar.”
Biden berada di bawah tekanan yang meningkat dari anggota parlemen dari partainya sendiri untuk mengkondisikan bantuan militer ke Zionis Israel guna mengurangi pemboman di Gaza. Presiden Trump mengatakan kepada wartawan pekan lalu bahwa hal tersebut merupakan “pemikiran yang bermanfaat,” namun Gedung Putih kemudian menegaskan bahwa pernyataan tersebut tidak mengindikasikan adanya perubahan kebijakan.[IT/r]