0
Wednesday 13 July 2022 - 14:31
Inggris dan Gejolak Afghanistan:

Skandal Inggris: Para Prajurit Membunuh Tahanan Secara Tidak Sah dan Pria Tak Bersenjata di Afghanistan

Story Code : 1004030
Skandal Inggris: Para Prajurit Membunuh Tahanan Secara Tidak Sah dan Pria Tak Bersenjata di Afghanistan
Laporan investigasi menggarisbawahi bahwa "Satu unit mungkin secara tidak sah membunuh 54 orang selama tur enam bulan pada 2010-2011."

Lebih lanjut disarankan bahwa mantan kepala Pasukan Khusus Inggris Jenderal Sir Mark Carleton-Smith, yang mengundurkan diri bulan lalu, diberi pengarahan tentang pembunuhan tersebut tetapi gagal memberikan bukti kepada Polisi Militer Kerajaan [RMP] setelah penyelidikan terhadap skuadron SAS telah diluncurkan.

Analisis BBC atas laporan operasional SAS, yang mencakup laporan tentang lebih dari selusin serangan malam "bunuh atau tangkap" dari satu skuadron yang berbasis di Helmand, menunjukkan pola kasus serupa di mana pria Afghanistan ditembak mati. Pembunuhan itu dibenarkan oleh almarhum dilaporkan menarik senapan AK-47 atau granat tangan dari balik tirai atau perabotan lainnya setelah ditahan.

Mantan operasi SAS mengkonfirmasi kepada BBC bahwa mereka melihat orang-orang tak bersenjata terbunuh selama penggerebekan. Beberapa saksi, yang bertugas di pasukan khusus, juga mengatakan kepada wartawan bahwa unit SAS bersaing satu sama lain untuk jumlah tubuh tertinggi.

Laporan tersebut menemukan bahwa jumlah korban tewas selama tur enam bulan skuadron itu berada di angka tiga, sementara tidak ada cedera pada operasi SAS yang dilaporkan di semua penggerebekan yang dianalisis oleh para jurnalis.

Menurut penyelidikan, perwira senior pasukan khusus tahu tentang kecurigaan pembunuhan di luar hukum tetapi tidak melaporkannya ke polisi militer. Seorang perwira senior yang bekerja di markas Pasukan Khusus Inggris mengatakan kepada BBC bahwa ada "keprihatinan nyata" atas laporan skuadron itu.

“Terlalu banyak orang terbunuh dalam penggerebekan malam dan penjelasannya tidak masuk akal,” katanya seperti dikutip, mencatat bahwa “Sekali seseorang ditahan, mereka seharusnya tidak mati. Untuk itu terjadi berulang-ulang menyebabkan alarm di HQ. Jelas pada saat itu ada sesuatu yang salah.”

Namun, email internal menunjukkan bahwa sebagian besar petugas bereaksi dengan tidak percaya terhadap laporan tersebut. Meskipun seorang perwira pasukan khusus dikerahkan untuk mewawancarai personel dari skuadron dan melakukan tinjauan formal taktik mereka, skuadron diizinkan kembali ke Afghanistan pada 2012 untuk tur enam bulan lagi.[IT/r]
Comment