Istilah poros perlawanan pertama kali digunakan, setelah Presiden AS George Bush Junior pada tahun 2002, menyebut negara-negara seperti Iran, Irak, dan Korea Utara sebagai “Poros Kejahatan”. Lalu Wakil Memenlu AS saat itu, John Bolton, menambah daftar negara-negara lain seperti Suriah, Libya dan Kuba sebagai bagian dari daftar kejahatan. Menolak anggapan tersebut, majalah Libya al-Zuhfu al-Akhdhar, terbitan Komite Gerakan Revolusi tahun 2002 dalam sebuah artikel berjudul; Poros Kejahatan atau Poros Perlawanan: “Satu-satunya kesamaan antara Iran, Irak, dan Korea Utara adalah perlawanan mereka terhadap hegemoni Amerika.” Setelah itu, tokoh-tokoh Iran menggunakan istilah ini secara luas dalam pidato-pidato mereka tentang perlawanan terhadap pendudukan Amerika di Irak.
Surat kabar ternama Iran, Jomhouri Eslami pada tahun 2004 sehubungan dengan perlawanan terhadap pendudukan Amerika di Irak menulis: “Jika Syiah di Irak ingin bersatu, dan mengkonsolidasikan hubungan, kesatuan mereka harus berada di bawah poros perlawanan dan perjuangan melawan penjajah.”
Pada tahun 2006, Menteri Dalam Negeri Palestina Saeed Siam juga menggunakan istilah ini dalam wawancara televisi dengan Chanel al-Alam News merujuk pada perlawanan rakyat Palestina dan banyaknya pengungsi yang berlindung di Suriah; “Suriah adalah negara Arab Islam yang menjadi target Amerika dan Zionis, oleh karena itu kami melihat Suriah, Iran, Hizbullah, dan Hamas sebagai poros perlawanan terhadap tekanan-tekanan ini".
Pada 1989, ketika Sayyid Ali Khamenei, sebagai Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam berulang kali mendefinisikan pemerintahan Republik Islam Iran sebagai "pemerintahan perlawanan", yakni pemerintahan yang melawan pengaruh Barat dan zionis Israel. Hal inilah yang kemudian pada medio 2018 mendorong terbentuknya aliansi Arab-Israel dibawah naungan Amerika Serikat untuk menjaga eksistensi dan penjajahan zionis di Palestina.
Sejarah Awal Poros Perlawanan
Meski begitu, konsep poros perlawanan sebenarnya telah terbentuk jauh-jauh hari dalam konteks peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam beberapa dekade terakhir.
Pertama, ketika para pemimpin Zionis atas bantuan Inggris mendeklarasikan berdirinya "negara" Israel pada tanggal 14 Mei 1948 di dalam wilayah Palestina, yang dengan sengaja tidak mendefinisikan titik-titik dan batas-batas negara. Setelah deklarasi itu, mulai terjadi mobilisasi rakyat Palestina yang membentuk poros perlawanan untuk menentang keberadaan negara haram Israel di Palestina. Tak lama kemudian, poros perlawanan mampu menggugah nurani lima pemimpin negara-negara Arab untuk bergabung dalam poros ini yang menandai dimulainya perang terbuka di kawasan. Sejak saat itu, rakyat Palestina maupun Arab memandang Israel sebagai musuh utama yang keberadaannya membahayakan eksistensi Palestina dan Arab.
Kedua, pendeklarasian Yaumul Quds Internasional oleh Bapak Revolusi Islam, Imam Khomeini pada tahun 1979 sebagai hari penentangan terhadap pendudukan israel, tak lama setelah Revolusi Islam di Iran. Deklarasi ini tidak saja menjadi penolakan keberadaan "negara" haram Zionis, tapi juga menjadi pemantik poros perlawanan di seluruh dunia terhadap pendudukan Israel di Palestina.
Berkat kemenangan Revolusi Islam, Iran terus membangun kekuatan penyeimbang di kawasan, terutama dengan negara Suriah yang akhirnya terbentuk poros kekuatan yang kokoh dan kuat antara Iran, Suriah, kelompok-kelompok perlawanan Palestina, Hizbullah Lebanon dan juga Houthi Yaman.
Anggota Poros Perlawanan
Dilihat dari sejarah terbentuknya, anggota poros perlawanan ini bisa beranggotakan negara, organisasi, kelompok atau individu yang menentang semua agresi, penindasan dan sistem dominasi AS beserta sekutu-sekutunya, terutama rezim penjajah Zionis. Di awal-awal, Republik Islam Iran dan Suriah adalah dua negara anggota poros ini, sementara Hizbullah Lebanon dan kelompok-kelompok perlawan Palestina, merupakan komponen dan anggota poros perlawanan Islam yang paling terkenal di kawasan.
Lawan Poros Perlawanan
Semua negara, organisasi, kelompok dan atau individu yang tergabung dalam sistem dominasi AS dan arogansi yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Israel beserta mitra-mitranya akan menghadapi Poros Perlawanan Islam ini.
Tujuan Perlawanan
Poros Perlawanan Islam ini pada dasarnya terbentuk untuk melawan penindasan, agresi, pendudukan, anti agama, dominasi, arogansi dan sejenisnya. Karena itu setiap anggota mempunyai prinsip dasar untuk mengusir penindasan, menghapus penjajahan, mempertahankan kemerdekaan, mencegah dominasi dan melestarikan aset-aset sesuai dengan ajaran dan aturan agama berdasar keadilan. Prinsip-prinsip ini tidak dapat diganggu gugat dengan ancaman apapun. Pembelaan terhadap kaum tertindas serta penolakan terhadap arogansi merupakan dasar gerakan yang paling penting sebagai kerangka menjalankan tugas suci ini.
Dalam kalimat sederhana, menjaga agama, merebut dan mengembalikan wilayah-wilayah pendudukan di Palestina, mempertahankan keutuhan wilayah, menjaga kemerdekaan serta hak menentukan nasib sendiri, adalah salah satu tujuan yang jelas dan obyektif bagi poros perlawanan.
Arena Poros Perlawanan
Arena poros perlawanan mencakup semua bidang kehidupan baik politik, ekonomi, budaya dan militer. Dengan cakupan wilayah seluas ini, dimanapun ada pelanggaran sistem kedaulatan negara, agama Islam, umat Islam dan seluruh harta bendanya merupakan arena perlawanan dan wilayah konfrontasi.
Kondisi dan Kemampuan
Perlawanan terhadap dominasi AS dan Israel, diakui atau tidak, telah banyak membuahkan hasil baik di dunia maupun di kawasan, antara lain:
1. Dukungan terus menerus Republik Islam Iran terhadap poros perlawanan, dan berkembangnya pendukung perlawanan.
2. Poros Perlawanan tidak pernah berhenti membantu, menjaga, memperkuat dan meneruskan perlawanan rakyat Palestina. Dalam hal ini, mereka mampu mendobrak keagungan halu, dan mitos tak terkalahkannya sistem dominasi AS dan zionisme.
3. Poros perlawanan terus memperluas dan memperkuat semangat perlawanan terhadap sistem dominasi arogan AS dan zionisme di dunia, khususnya di dunia Islam.
4. Poros perlawanan menciptakan inti perlawanan baru yang kompleks di wilayah, seperti: Hashd al-Shaabi Irak, Fatemiyoun Afghanistan, Zaenbyoun Pakistan, Kelompok Relawan Populer Suriah, Ansarullah Yaman dan terakhir, al-Ashtar Bahrain.
5. Poros perlawanan membuat "Satu Ruang Operasi" sebagai pusat komando untuk mengatur strategi, khususnya di tingkat regional. Hal ini terjadi karena mereka merasakan derita yang sama, dan berjuang di front yang sama di Suriah melawan arogansi AS, zionisme dan Takfiri ISIS.
6. Poros perlawanan Islam menciptakan keseimbangan baru di kawasan di berbagai bidang, termasuk kebudayaan, keamanan dan militer, ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi, serta mampu mensinergikan kekuatan di dalamnya melalui aktivitas jaringan yang tersebar.
7. Poros perlawanan mampu mengungkapkan realitas bahwa sistem dominasi AS dan seluruh kekuatan sekutu di kawasan, dengan berbagai kemampuan politik, kehebatan media, keuangan berlimpah, intelijen dan keamanannya yang tidak terbatas, ternyata tidak berdaya menghadapi poros perlawanan, dan tidak mampu mengalahkannya. Ini adalah indikasi poros perlawanan semakin solid dan kuat.
8. Sejauh ini Poros perlawanan sudah sangat mumpuni di berbagai bidang, terutama di bidang informasi, tekhnologi, keamanan dan militer. Tanpa campur negara-negara adidaya.
9. Pengalaman perang dan kemenangan perlawanan di Lebanon dan Palestina. Sebagai contoh adalah penarikan pasukan Israel dari Lebanon pada tahun 2000, perang 33 hari di Lebanon (2006), perang 22 hari di Gaza (2008-2009), perang 51 hari di Gaza (2014), kekalahan Takfiri ISIS di Irak, Kemenangan berturut-turut perlawanan di Suriah, kemenangan Ansarullah di Yaman.
Poin-poin di atas adalah kondisi terkini kelompok Poros Perlawanan yang menunjukkan kekuatannya. Di sisi lain, Republik Islam Iran yang dicemooh, tetap berdiri kokoh bersama mereka sebagai dirigen dan konduktor dalam setiap orkestra kemenangan yang diraih perlawanan di setiap perang, termasuk perang Gaza hari-hari ini.
Prospek Perlawanan di Masa Depan
Dengan membaca berbagai alasan, indikasi dan faktor yang berkembang saat ini, jelas bahwa prospek dan perkembangan poros perlawanan sangat tergantung pada respon Israel dan AS. Jika Tel Aviv menyerang Lebanon dalam skala besar dan menargetkan infrastruktur atau menyerang Rafah, sementara Amerika Serikat memasuki medan perang, atau Israel bertindak bodoh menyerang Iran, maka respon poros perlawanan Islam akan semakin luas, kuat dan mematikan.
Tentu poros perlawanan akan mendapat dukungan luas dari masyarakat negara-negara kawasan karena alasan dan faktor paling penting berikut:
1. Meningkatnya agresi, penindasan dan tindakan kriminal yang dilakukan AS di dunia; terutama terhadap Islam dan Muslimin.
2. Terungkap dan terpublikasikannya setiap brutalitas agresi, penindasan dan tindakan kriminal tersebut ke publik.
3. Meningkatnya kesadaran dan kebencian bangsa-bangsa terhadap realitas, diperkuat dengan tidak berfungsinya sistem AS di dunia, dan khususnya di dunia Islam.
4. Meningkatnya kesadaran bangsa-bangsa mengenai hak-haknya – terutama hak untuk menentukan nasib dirinya.
5. Meningkatnya kecenderungan dan ketertarikan terhadap poros perlawanan.
6. Meningkatnya pengaruh dan kekuatan poros perlawanan.
Apa yang Beda Antara Poros Perlawanan dengan ISIS?
Dengan berbagai alasan, kelompok-kelompok Takfiri seperti al-Qaeda dan ISIS tentu saja haram untuk disebut sebagai poros perlawanan Islam;
1. Kelompok-kelompok ini, meskipun terdapat kesamaan landasan pemikiran dan keyakinan agama dengan poros perlawanan, namun kemunculannya tidak bisa dilepaskan dari peran intelijen dan keamanan Barat serta dukungan dan support luas zionisme terhadap kelompok-kelompok Takfiri ini.
2. Dari sisi tekad dan perjuangan, kelompok-kelompok Takfiri ini tidak dapat dianggap sebagai bentuk pertahanan dan perlawanan; bahkan sebaliknya, mereka bertindak agresif dan berusaha mendirikan negara Khalifah bagi kelompoknya di negara-negara Islam.
3. Serangan-serangan dan pembantaian yang mereka lakukan justru menarget dunia Islam, dan umat Islam. Sangat jarang mereka menarget kepentingan dan sistem dominasi Amerika dan Israel. Al-Qaeda misalnya, didukung penuh oleh zionis dan Barat dalam perang melawan Uni Soviet di Afghanistan.
4. Kemudian kemunculan ISIS juga atas inisiatif negara-negara Barat dan Arab, mitra manis zionis. Sisi lain israel secara terbuka mendukung gerakan Takfiri ini dengan merawat serdadu-serdadu mereka yang terluka, dan bahkan dukungan ini ditunjukkan secara terbuka.
5. Isu-isu pembantaian zionis di Palestina, praktis bukan isu atau prioritas utama agenda mereka. Sebaliknya, kelompok ini menganggap masalah Palestina sebagai salah satu dari banyak masalah Islam yang akan dipertimbangkan setelah pembentukan pemerintahan Khilafah.
Des, keberadaan Poros perlawanan Islam tidak diragukan lagi sebagai musuh utama sistem dominasi AS dan Israel. Sementara al-Qaeda, ISIS dan kelompok serupa lainnya adalah alat bagi AS yang sengaja diciptakan untuk mengabdi dan menjaga kepentingan Israel-AS.
Kelompok-kelompok Takfiri bentukan AS ini, tak segan-segan memperagakan secara vulgar semua kebuasan dan keberingasannya dihadapan publik terhadap mereka atau kelompok yang dicap sebagai musuh, baik Sunni maupun Syiah. [IT/AR]