0
Wednesday 5 June 2013 - 22:03
Tragedi Sampang:

Gowes Jakarta –Surabaya untuk Menagih Janji Presiden

Story Code : 270876
Gowes Jakarta –Surabaya untuk Menagih Janji Presiden

Ketidakjelasan penanganan warga muslim Syiah yang menjadi korban kekerasan atas nama agama di Sampang Madura, memaksa pengungsi untuk menagih janji presiden Susilo Bambang Yudoyono dengan melakukan gowes atau naik sepeda onthel dari Surabaya ke Istana Negara di Jakarta.

Pengungsi korban intoleransi atas nama agama itu diwakili sepuluh orang dengan melakukan perjalanan selama kurang lebih 15 hari dengan menempuh jarak sekitar 700 km lebih. Berangkat dari Surabaya tanggal 1 Juni lalu yang bertepatan dengan hari kesaktian Pancasila, mereka mengenakan baju bertuliskan “Jangan Rampas Tanah Kami” dan “Mana Janjimu Pak Presiden”. 

Mas Juir dari Komisi Untuk Orang Hilang dan  Korban Tindak Kekerasan (Kontras) yang mendampingi para korban, pada Kontributor Islam Times.com' target='_blank'>Islam Times di Jawa Tengah mengatakan, tujuan mereka menempuh jarak jauh tersebut hanya meminta tindakan kongkrit presiden SBY yang sudah berjanji memulangkan mereka. Namun sudah 9 bulan sejak janji itu diucapkan, mereka justru tinggal di GOR tanpa ada kejelasan penyelesaian.

 “Padahal pemerintah pusat semua tanggapannya positif, tidak ada relokasi dan berjanji menyelesaikan kasus ini. Ajudan presiden pun waktu menengok ke Sampang berjanji untuk menyekesaikan kasus ini secepatnya. Namun nyatanya sampai sekarang janji itu belum dilaksanakan,” ujar seksi monitoring dan dokumentasi Kontras tersebut  saat beristirahat di depan makam Sunan Kudus.

Juir menambahkan, 30 Mei kemarin presiden mendapat  penghargaan karena menciptakan suasana toleransi di Indoneisa, padahal kenyataannya tidak demikian. Intoleransi justru marak terjadi, contohnya di Sampang.

“Kami mendampingi korban untuk melakukakn aksi gowes onthel ke Jakarta, karena advokasi di Jawa Timur (Kabupaten Sampang dan Provinsi ) sudah mentok. Jadi ingin menagih janji Presiden terkait penyelesaian itu,” pungkasnya.

Menurut Mat Rosyid (25), dirinya mewaili ratusan korban lain di Sampang hanya meminta supaya pemerintah menjamin keamanan mereka selaku warga negara yang saat ini mengalami intimidasi. 

“Kondisi kami memburuk  dan diintimidasi terus, kami tidak merasakan ada kenyamaan hidup. Kami mewakili para pengungsi dengan menaiki onthel ke istana meminta jaminan keamanann hidup dan kebebasan beragama selaku warga negara. Tidak terjadi konflik seperti sekarang dan bisa hidup berdampingan sebagaimana dahulu,” ujarnya usai berziaroh di salah satu makam Wali songo tersebut.

Rosyid menuturkan, kalau masyarakat sekitar tidak ada masalah hanya sekelompok orang saja yang tidak mengingikan mereka untuk pulang.  “Kami sesekali pulang ke kampung menengok rumah kami dan para tetangga menyambut  hangat kami. Bahkan kami biasa menginap di rumah mereka ketika kami pulang itu,” kata bapak anak satu ini. 

Sementara itu, Aris Junaidi dari sekretaris DPP Gerakan Kebangkitan Rakyat (GATARA) yang juga menyambut para korban  di depan menara Kudus mengungkapkan keprihatinanya dengan apa yang terjadi di Sampang.

“Saya turut prihatin, masyarakat kita yang dulu santun kini menipis dan cenderung bringas. Sedikit-sedikit tersinggung , bakar-bakaran bahkan rela menumpahkan nyawa seiman dan seagama. Saya kira inilah PR pak SBY, karena sudah mendapat julukan bapak prularisme,” ujarnya.

Santri Gus Dur tersebut juga mengungkapkan rasa bangganya kepada para pemuda Kudus dari PMII, Gusdurian dan lainnya  yang turut menyambut korban kekerasan Sampang. Menurutnya, momennya pas sekali di menara, karena Sunan Kudus dulu mengajarkan toleransi dengan agama lain.

“Saya sebagai sekretaris Gatara meminta pak SBY untuk secepatnya mengembalikan mereka ke kampung asalnya dengan jaminan keamanan sebagaimana warga negara. Dan saya sebagai alumni Banser dan GP Ansor juga menyerukan kepada teman-teman Banser dan Anshor untuk melindungi teman-teman dari Sampang ini sampai mereka merasa aman,” ujarnya seraya mengajak makan para korban intoleransi dari Madura tersebut di rumah makan miliknya. (IT/ma/sa)
 
Comment