Pemerintah Taliban di Afghanistan mengucapkan selamat kepada koalisi kelompok oposisi bersenjata yang merebut Damaskus, Suriah, dan menggulingkan Presiden Bashar Assad.
Sekelompok pejuang yang dipimpin oleh kelompok teroris Hayat Tahrir al-Sham (HTS) melancarkan serangan mendadak akhir bulan lalu dan dengan cepat menguasai sebagian besar wilayah yang dikuasai oleh pasukan pemerintah.
Serangan itu berpuncak pada perebutan ibu kota Suriah pada hari Minggu (8/12).
Meskipun HTS terdaftar sebagai organisasi teroris oleh PBB dan AS, kelompok itu telah berjanji untuk melindungi minoritas agama Suriah, termasuk orang Kristen.
Kementerian Luar Negeri Afghanistan merilis pernyataan pada hari Minggu, yang mengucapkan selamat kepada "kepemimpinan gerakan Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dan rakyat Suriah atas kemajuan terkini yang mengakibatkan hilangnya faktor konflik dan ketidakstabilan, serta jatuhnya ibu kota Damaskus."
“Kami berharap agar fase-fase revolusi yang tersisa akan dikelola dengan cara yang menjamin sistem yang damai, bersatu, dan stabil,” bunyi pernyataan itu.
Kementerian Luar Negeri selanjutnya menyatakan harapan untuk pembentukan “pemerintahan Islam yang berdaulat dan berorientasi pada pelayanan” yang akan menyatukan negara yang dilanda perang saudara itu “tanpa diskriminasi dan pembalasan” dan akan melindungi penduduk Syiah Suriah.
Perang meletus di Suriah pada tahun 2011 ketika gelombang protes dan pemberontakan yang dikenal sebagai Musim Semi Arab melanda Timur Tengah dan Afrika Utara.
Sementara Barat, Turki, Zionis Israel, dan beberapa negara Teluk mendukung pasukan anti-Assad, Rusia dan Iran memberikan dukungan kepada pemerintah di Damaskus.
Gencatan senjata yang tidak mudah yang ditengahi oleh Moskow dan Ankara pada tahun 2020 telah menghentikan pertempuran skala besar selama hampir empat tahun.
Taliban mengambil alih kekuasaan di Kabul pada bulan Agustus 2021 selama tahap akhir penarikan pasukan AS dari negara itu.
Taliban sebelumnya pernah memerintah Afghanistan pada tahun 1990-an, tetapi digulingkan pada tahun 2001 selama invasi yang dipimpin AS.
Pemberontakan Taliban berlanjut selama 20 tahun. Namun, pemerintahan baru Afghanistan tidak diakui secara resmi oleh negara mana pun.[IT/r]