Universitas AS dan Kanada Menyewa Perusahaan Israel untuk Meredam Protes Pro-Palestina
Story Code : 1177087
Dikutip dari MEMO, setelah terpilihnya mantan Presiden AS Donald Trump yang berjanji menghukum lembaga akademis yang gagal mengendalikan "para radikal dan pendukung Hamas," sejumlah universitas di kedua negara beralih ke perusahaan keamanan Israel, atau mereka yang memiliki hubungan dengan Israel, untuk mengelola protes yang mendukung Palestina.
City University of New York (CUNY), yang menjadi pusat utama protes tahun lalu, baru-baru ini menandatangani kontrak senilai $4 juta dengan Strategy Security Corp. Perusahaan milik Yosef Sordi, mantan perwira polisi Kota New York, ini telah secara terbuka mengungkapkan pelatihan profesionalnya di Israel.
Laporan tersebut juga menyoroti keterlibatan perusahaan keamanan Israel dalam konfrontasi kekerasan yang terjadi pada Mei di University of California, Los Angeles (UCLA). Para pengunjuk rasa menyatakan bahwa personel dari Magen Am, sebuah perusahaan yang memiliki hubungan dengan militer Israel, bersikap agresif dalam aksi mereka selama demonstrasi. UCLA mengonfirmasi bahwa firma tersebut bekerja sama dengan polisi setempat untuk mengelola protes, dan perusahaan tersebut menerima $1 juta sebagai imbalan.
Selain itu, Contemporary Services Corporation (CSC), yang memiliki cabang eksklusif di Israel, dikontrak untuk mengawasi protes di sejumlah kampus universitas AS dan lokasi protes.
Universitas Concordia di Montreal, Kanada, juga melibatkan dua firma keamanan Israel: Perceptage International, pimpinan Adam Cohen, mantan kepala keamanan untuk Pengadilan Pusat Israel di Yerusalem, dan Moshav Security Consulting, yang dioperasikan Eyal Feldman, mantan komandan cadangan tentara Israel dan mantan penasihat Kementerian Pertahanan Israel.
Pada April, mahasiswa dan fakultas yang menentang perang Israel di Gaza mengadakan aksi duduk di Universitas Columbia di New York, menuntut agar pemerintah memutuskan hubungan akademis dengan universitas-universitas Israel dan menarik investasi dari perusahaan-perusahaan yang mendukung pendudukan wilayah Palestina.
Saat polisi turun tangan dan menangkap puluhan pengunjuk rasa di universitas-universitas AS, demonstrasi serupa menyebar ke universitas-universitas di Prancis, Inggris, Jerman, Kanada, dan India, saat para pengunjuk rasa menyatakan solidaritas dengan rekan-rekan mereka dari Amerika dan menyerukan diakhirinya perang di Gaza.
Perang genosida Israel yang sedang berlangsung di Gaza telah menewaskan lebih dari 44.600 orang, sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak, sejak 7 Oktober 2023.
Bulan lalu, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional karena perangnya di Gaza.[IT/AR]