0
Monday 19 August 2024 - 01:57
Islamofobia di Inggris:

Jajak pendapat Menemukan 75% Muslim Inggris Khawatir Akan Keselamatan Mereka setelah Serangan Kerusuhan Sayap Kanan

Story Code : 1154733
The-East-London-Mosque-located-in-Whitechapel-Road_-London_-UK (1)
The-East-London-Mosque-located-in-Whitechapel-Road_-London_-UK (1)
Kerusuhan oleh ekstremis sayap kanan melanda kota-kota di Inggris dan Irlandia utara pada akhir Juli dan awal Agustus yang mengirimkan gelombang kejut ke seluruh negeri.

Liga Pertahanan Inggris (EDL), yang merupakan organisasi sayap kanan yang keras, meluncurkan pertemuan anti-Islam dan serangan Islamofobia dengan mengerahkan para perusuhnya ke berbagai kota di Inggris setelah rumor palsu tentang insiden penusukan yang melibatkan pencari suaka Muslim ilegal, yang semuanya salah.

Tiga perempat Muslim di Inggris khawatir akan keselamatan mereka setelah kerusuhan anti-Muslim, menurut survei oleh Jaringan Perempuan Muslim.

Hanya 16 persen peserta jajak pendapat yang mengatakan bahwa mereka merasakan hal yang sama sebelum kekerasan meletus.

Hampir 20 persen responden mengatakan bahwa mereka pernah mengalami permusuhan di Inggris sebelum kerusuhan pertama pada 30 Juli di Southport yang kemudian menyebar ke kota-kota lain.

Para wanita Muslim memberi tahu media lokal tentang adanya suasana anti-Muslim dan anti-imigran yang lazim di kalangan pejabat dan otoritas di Inggris.

Mereka mengatakan bahwa iklim saat ini telah membuat sebagian besar Muslim Inggris merasa takut.

Di kalangan Muslim Inggris, ada "rasa bahwa polisi tidak akan melindungi kami," kata Lila Tamea, 26 tahun, seorang mahasiswa.

Informasi yang salah yang tersebar di media sosial telah mengaitkan penusukan massal terhadap tiga gadis muda dengan seorang pria imigran Muslim.

Namun, tersangka penyerang Southport kemudian diidentifikasi sebagai Axel Rudakubana kelahiran Inggris, yang orang tuanya yang beragama Kristen berasal dari Rwanda, yang mayoritas beragama Katolik Roma dan hanya sekitar 1 persen dari populasinya yang beragama Muslim.

Amina Atiq, seorang penyair berusia 29 tahun, mengatakan kepada media lokal, "Saya merasa tidak adil jika kami sebagai keluarga Muslim tidak mendapat kesempatan untuk berduka atas tiga gadis kecil itu. Karena segera setelah itu, kami merasa semakin dicurigai atas serangan itu."[IT/r]
Comment