Pentagon: Delapan Pasukan AS Mengalami Cedera Otak Traumatis dalam Serangan di Suriah
Story Code : 1153882
"Setelah serangan itu, sebagai tindakan pencegahan, delapan anggota pasukan dipindahkan ke lokasi terpisah untuk penilaian dan evaluasi lebih lanjut. Kedelapan orang tersebut menerima perawatan untuk TBI dan menghirup asap," kata Sekretaris Pers Mayjen Pat Ryder dalam konferensi pers pada hari Selasa (13/8).
Ryder mengklaim bahwa tiga dari pasukan tersebut telah kembali bertugas, sementara yang lainnya masih dalam pengawasan.
Pada hari Sabtu, jaringan televisi Lebanon al-Mayadeen melaporkan bahwa pasukan yang dikerahkan ke Pangkalan Udara Kharab al-Jir yang diduduki AS di provinsi Hasakah, Suriah, telah diserang pesawat nirawak dari daerah sekitar.
Laporan tersebut mengatakan beberapa ledakan telah terdengar di dalam pos terdepan setelah kendaraan udara nirawak bermuatan bahan peledak menghantam lokasi tersebut.
Ini adalah serangan besar ketiga yang menargetkan pasukan Amerika di wilayah tersebut dalam waktu kurang dari dua minggu.
Pada hari Selasa, pasukan perlawanan Irak juga menembakkan empat rudal ke pangkalan militer AS yang terletak di dalam ladang gas Conoco yang diduduki Washington di Suriah timur.
Pada tanggal 5 Agustus, sebuah serangan roket menargetkan Pangkalan Udara Ain al-Assad yang diduduki AS di provinsi al-Anbar, Irak barat, melukai beberapa personel Amerika.
Tidak ada orang atau kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, tetapi kelompok perlawanan Irak mengatakan setelah itu bahwa serangan itu menandai "fase baru eskalasi terhadap pangkalan Amerika."
Insiden itu terjadi di tengah kemarahan di antara kelompok perlawanan regional atas pendudukan Amerika Serikat yang terus berlanjut atas beberapa pos militer di Irak dan Suriah dengan dalih memerangi kelompok teroris Daesh Takfiri, yang telah dikalahkan oleh Baghdad, Damaskus, dan sekutu mereka pada tahun 2017.
Sementara itu, kelompok-kelompok itu telah marah atas dukungan politik dan militer langsung AS terhadap perang genosida rezim Israel yang sedang berlangsung terhadap Jalur Gaza. Serangan militer brutal tersebut telah merenggut nyawa hampir 40.000 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, sejak Oktober lalu.
Melaporkan Rabu lalu, surat kabar Lebanon al-Akhbar juga mengutip salah satu pemimpin Harakat Hezbollah Nujaba, sebuah kelompok perlawanan Irak, yang mengatakan bahwa "menargetkan pangkalan dan kepentingan Amerika telah menjadi masalah yang mendesak."
Di antara hal-hal lain, ia mengaitkan urgensi tersebut dengan keterlibatan pangkalan Amerika yang berbasis di Irak dalam kekejaman Zionis Israel terhadap warga Palestina dan tokoh-tokoh perlawanan.[IT/r]