Kemarahan saat Itamar Ben Gvir dan Massa Zionis Serbu Masjid Al-Aqsa
Story Code : 1153812
Waqf Islam (Wakaf), sebuah lembaga Islam gabungan Yordania-Palestina yang mengelola urusan masjid, mengumumkan pada hari Selasa bahwa sedikitnya 2.958 pemukim menyerbu kompleks suci tersebut sejak pagi, melanggar pengaturan yang telah berlaku selama puluhan tahun yang menetapkan hanya umat Muslim yang dapat beribadah di lokasi tersebut di Kota Tua Al-Quds (Yerusalem).
Yang disebut-sebut sebagai Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir, rekan menteri Otzma Yehudit Yitzhak Wasserlauf dan anggota Knesset dari Partai Likud Amit Halevi termasuk di antara massa yang menyerbu Al-Aqsa.
Didukung oleh puluhan pasukan polisi Zionis Israel, Ben Gvir berkata: “Kebijakan kami adalah mengizinkan orang Yahudi berdoa di Temple Mount,” menggunakan nama Yahudi yang digunakan orang Zionios Israel untuk menyebut Masjid Al-Aqsa.
Di bawah kepemimpinan menteri keamanan dalam negeri Israel yang fasis, Ben-Gvir, para pemukim Israel melanggar status Masjid Aqsa dan melakukan doa Yahudi di dalamnya dengan tujuan memprovokasi perang agama di wilayah tersebut. pic.twitter.com/RNpb5PBwi0
— Mustafa Barghouti @Mustafa_Barghouti (@MustafaBarghou1) 13 Agustus 2024
Non-Muslim telah diizinkan untuk berkunjung di bawah pengawasan Wakaf Islam. Namun, otoritas pendudukan Zionis Israel telah lama mengabaikan Wakaf, yang memungkinkan para pemukim Zionis Israel menyerbu tempat suci tersebut di bawah perlindungan pasukan bersenjata lengkap, yang sering kali didahului dengan pengusiran paksa para jamaah Muslim.
Peringatan Perlawanan
Sementara itu, faksi-faksi perlawanan Palestina memperingatkan terhadap tindakan provokatif tersebut.
Hamas mengatakan penyerbuan Masjid Al-Aqsa “berarti melakukan agresi terhadap rakyat kami sekaligus memprovokasi perasaan bangsa Muslim.”
Sementara itu, kelompok perlawanan Palestina menekankan bahwa tindakan seperti itu “tidak akan berhasil meyahudikan masjid suci atau mengubah identitas Islamnya.”
Sementara itu, gerakan Jihad Islam memperingatkan bahwa tindakan Ben Gvir “memicu perang yang sedang berlangsung di Gaza, Al-Quds, dan Tepi Barat.”
“Serbuan ini menegaskan bahwa rencana Zionis untuk meyahudikan Al-Aqsa sedang berlangsung dan terus berlanjut.”
Kelompok perlawanan Palestina juga mengecam kebungkaman internasional atas tindakan Zionis Israel, menekankan bahwa perilaku ini “berarti keterlibatan masyarakat internasional dalam kejahatan Zionis Israel” yang dilakukan terhadap rakyat Palestina.
Yordania, Mesir mengecam tindakan tersebut
Di sisi lain, Yordania mengutuk keras kunjungan pejabat Zionis Israel ke Masjid Al-Aqsa, menekankan bahwa “provokasi mereka melanggar status quo” di tempat suci tersebut.
Kunjungan tersebut “mencerminkan desakan pemerintah Israel dan anggota ekstremisnya untuk mengabaikan hukum internasional dan kewajiban Israel sebagai kekuatan pendudukan,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Yordania dalam sebuah pernyataan.
Amman mendesak masyarakat internasional untuk “dengan tegas” mengutuk kunjungan tersebut, dengan menyatakan bahwa situs tersebut adalah tempat ibadah eksklusif bagi umat Islam dan berada di bawah yurisdiksi Wakaf Yordania, dan bahwa entitas Zionis tidak memiliki kedaulatan atas “kota Al-Quds yang diduduki dan tempat-tempat suci Islam dan Kristennya.”
Mesir, pada gilirannya, mengutuk kunjungan tersebut, menggambarkannya sebagai tindakan yang tidak bertanggung jawab.
“Republik Arab Mesir mengutuk penyerbuan halaman masjid Al Aqsa oleh dua menteri Israel, anggota Knesset Israel, ratusan pemukim dan ekstremis Zionis Israel, dan pengibaran bendera Zionis Israel, di bawah perlindungan polisi Zionis Israel, sementara jamaah Palestina dicegah memasuki Al Aqsa,” bunyi pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Mesir.
"Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan provokatif" tersebut merupakan pelanggaran terhadap status quo di lokasi tersebut, kata kementerian Mesir, seraya menyerukan kepada masyarakat internasional untuk "memainkan peran aktif dalam menghadapi pelanggaran yang memicu emosi dan menggagalkan upaya untuk mencapai gencatan senjata di Gaza."[IT/r]