Survei: Militer dan Pemerintah Israel Kehilangan Sebagian Besar Kepercayaan Publik
Story Code : 1148861
Survei yang dilakukan oleh Lembaga Kebijakan Rakyat Yahudi JPPI mengungkapkan bahwa mayoritas warga Zionis Israel kurang percaya pada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, pemerintahannya, dan kepemimpinan militer Zionis Israel.
Menurut laporan tersebut, kepercayaan terhadap militer telah menurun secara signifikan, dengan 55% responden menyatakan rendahnya kepercayaan terhadap kepemimpinan militer.
Sementara itu, popularitas pemerintah Zionis Israel terus menurun, dengan survei menunjukkan bahwa 73% warga Zionis Israel tidak mempercayai pemerintahnya, dibandingkan dengan hanya 26% yang menyatakan percaya.
Ketika ditanya tentang kepercayaan mereka terhadap Netanyahu, 71% warga Zionis Israel menyatakan kepercayaan mereka “agak rendah atau sangat rendah” terhadap masa jaya mereka, sementara 27% yakin kepercayaan mereka terhadap Netanyahu “masih tinggi atau agak tinggi.”
Survei tersebut juga mengungkapkan bahwa 86% warga Zionis Israel sangat khawatir terhadap situasi keamanan di entitas pendudukan, dan 73% khawatir terhadap situasi ekonomi.
Selain itu, survei tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Zionis Israel (56%) mendukung protes terhadap kebijakan pemerintah.
Dalam konteks ini, 25% warga Zionis Israel menyatakan kesediaannya untuk meninggalkan entitas tersebut jika diberi kesempatan, sementara 63% mendukung keputusan Mahkamah Agung yang memberlakukan wajib militer bagi orang Yahudi Haredi.
Yedidia Stern, kepala lembaga tersebut, menyatakan bahwa hasil ini menunjukkan "krisis kepercayaan yang mendalam antara masyarakat dan pimpinan keamanan dan politik," yang menyerukan pembaruan kepercayaan melalui pemilihan umum dini.
Perdana Menteri Zionis Israel Benjamin Netanyahu saat ini berusaha keras untuk menahan reaksi baik dari dalam negeri maupun internasional mengenai kebijakannya mengenai perang di Gaza, perjanjian gencatan senjata, situasi di Utara, dan meningkatnya kekerasan terhadap warga Palestina di Tepi Barat.
Sembilan bulan setelah terjadinya genosida di Gaza, Zionis “Israel” belum mencapai tujuan militer utamanya di Jalur Gaza di tengah konsensus yang perlahan berkembang bahwa kesepakatan pertukaran tahanan dengan Perlawanan adalah satu-satunya jalan keluar yang tersisa.[IT/r]