0
Friday 19 July 2024 - 23:14
Oxfam - Zionis Israel:

Oxfam: 'Israel' Jadikan Air Sebagai Senjata Melawan Palestina Sejak 1993

Story Code : 1148601
A Palestinian man displaced by the Israeli bombardment of the Gaza Strip walks at a makeshift tent camp in Khan Younis
A Palestinian man displaced by the Israeli bombardment of the Gaza Strip walks at a makeshift tent camp in Khan Younis
Organisasi kemanusiaan internasional Oxfam mengecam keras pendudukan Zionis Israel karena menggunakan perampasan air sebagai metode peperangan melawan penduduk sipil di Jalur Gaza.

Dalam laporan baru yang diterbitkan pada hari Kamis (18/7), Oxfam mengutuk apa yang digambarkannya sebagai taktik sistematis dan disengaja yang melanggar hukum internasional dan secara terang-terangan mengabaikan kehidupan manusia.

Laporan tersebut menyoroti bahwa sejak Perjanjian Oslo tahun 1993, pendudukan Zionis Israel telah memanfaatkan kekurangan air untuk “tidak manusiawi dan pada akhirnya mengancam kehidupan warga Palestina.”

Penghancuran total infrastruktur air dan sanitasi di Gaza akibat aksi militer Zionis Israel, menurut Oxfam, berkontribusi signifikan dalam menyebabkan dan memperburuk kondisi kehidupan yang mengerikan di Jalur Gaza yang diblokade.

Temuan utama dari laporan ini menunjukkan bahwa pasokan air di Gaza telah berkurang sebesar 94%, menyebabkan warga hanya mendapat kurang dari lima liter air per orang per hari – jauh di bawah ambang batas darurat minimum yang direkomendasikan oleh standar internasional.

“Tindakan Zionis Israel telah membuat seluruh penduduk Gaza tidak mendapatkan layanan air dan sanitasi yang bisa menyelamatkan nyawa, menciptakan ancaman langsung dan jangka panjang yang tidak dapat dihindari terhadap kesehatan dan kelangsungan hidup masyarakat,” kata laporan itu.

Kurangnya air bersih dan sanitasi telah menyebabkan seperempat penduduk Gaza menderita penyakit yang sebenarnya bisa dicegah.

Memotong pasokan air eksternal
Oxfam juga menuduh pendudukan Zionis Israel memperburuk krisis air dengan memutus pasokan air eksternal, menghancurkan fasilitas air, dan dengan sengaja menghalangi upaya bantuan yang bertujuan membantu warga Palestina di Gaza.

Laporan tersebut menyebutkan bahwa lima lokasi infrastruktur air telah rusak setiap tiga hari sejak dimulainya agresi Zionis Israel di Gaza.

Situasi kemanusiaan semakin diperburuk oleh pemboman yang terus menerus, yang telah menghilangkan kapasitas para pelaku kemanusiaan untuk memberikan layanan darurat yang penting.

Pasukan pendudukan Zionis Israel telah menghancurkan 70% dari seluruh pompa limbah dan 100% instalasi pengolahan air limbah, yang mengakibatkan kontaminasi limbah yang meluas, sehingga menimbulkan risiko kesehatan yang parah bagi masyarakat Gaza.

Oxfam telah meminta pendudukan Zionis Israel untuk mencabut blokade di Gaza dan memfasilitasi akses tanpa hambatan terhadap bantuan kemanusiaan, termasuk makanan, air bersih, sanitasi, dan tempat tinggal.

Organisasi tersebut juga mendesak masyarakat internasional untuk mengambil tindakan tegas untuk menegakkan keadilan dan hak asasi manusia, mencegah penderitaan lebih lanjut, dan melindungi hak-hak warga Palestina sebagaimana tercantum dalam Konvensi Jenewa dan Genosida.

Kamp-kamp di Gaza adalah yang paling menderita
Di sebuah kamp di Gaza, makanan sehari-hari Umm Nahed Abu Shar dirusak oleh bau limbah yang sangat menyengat, sebuah masalah yang semakin berbahaya dan diperburuk oleh perang yang sedang berlangsung di Gaza.

Situasi ini merupakan gambaran nyata dari krisis kemanusiaan yang lebih luas di Jalur Gaza, di mana ratusan ribu ton sampah dan puing-puing perang yang tidak dikumpulkan menumpuk.

Sebuah laporan yang dirilis pada hari Kamis (18/7) oleh kelompok aktivis Eropa menyoroti kondisi yang mengerikan tersebut, dan memperingatkan bahwa krisis ini dapat segera mempengaruhi wilayah tetangga.

Di Deir el-Balah, sebuah kota di Gaza tengah, pihak berwenang mengumumkan bahwa instalasi pengolahan air limbah telah ditutup karena kekurangan bahan bakar. Abu Shar dan keluarganya, yang tinggal di tenda, menghadapi kondisi yang tak tertahankan seiring meningkatnya suhu musim panas.

“Kami hanya menderita; kami tidak hidup,” kata Abu Shar kepada AFP. “Panas, penyakit, lalat, nyamuk dan desisnya, semuanya merugikan kami.”

Bau limbah yang tak tertahankan membuat Abu Shar dan anak-anaknya tidak bisa tidur, karena mereka terus-menerus jatuh sakit akibat penyakit yang disebarkan oleh limbah tersebut.

Para dokter melaporkan peningkatan kasus kutu, kudis, cacar air, dan ruam kulit, yang memperburuk kelaparan yang melanda Gaza sejak konflik dimulai pada 7 Oktober.

Badan-badan PBB telah berulang kali memperingatkan potensi kolera dan penyakit mematikan lainnya untuk menyebar dengan cepat, dan menekankan perlunya intervensi kemanusiaan yang mendesak.[IT/r]
Comment