'Israel' Gagal Memajukan Perundingan, Meskipun Kinerja Perlawanan Fleksibel
Story Code : 1147393
Merujuk pada peluang penting untuk menyelesaikan kesepakatan yang baru-baru ini diajukan kepada pemerintah Zionis Israel, pejabat PIJ mengatakan bahwa pihak berwenang Zionis Israel melanggar batas eskalasi yang berbahaya ketika mereka menuntut agar semua penduduk Kota Gaza meninggalkan tempat tinggal mereka dan menuju ke selatan.
“Bekerja untuk menggusur masyarakat Kota Gaza adalah sebuah langkah yang tidak [menunjukkan] bahwa penjajah ingin mencapai kesepakatan,” dia menggarisbawahi.
Al-Hindi mengatakan bahwa Netanyahu mengambil keuntungan dari pergolakan politik saat ini di Amerika Serikat, menggarisbawahi bahwa semakin dekat pemilihan presiden AS, semakin sedikit tekanan yang dapat diberikan kepada pemerintahannya untuk menyelesaikan kesepakatan dengan Perlawanan Palestina.
Mengenai peran Washington dalam proses negosiasi, pejabat PIJ mengatakan bahwa AS telah menunjukkan bahwa mereka “tidak ingin meminta pertanggungjawaban Netanyahu” atas kegagalan perundingan tersebut.
Dalam wawancaranya dengan Al Mayadeen, politisi Palestina tersebut menegaskan kembali kinerja tim perunding Perlawanan yang positif dan fleksibel selama perundingan. Hal ini, katanya, dilakukan “karena [Perlawanan] ingin meringankan penderitaan rakyat Palestina.”
Batas waktu untuk pembicaraan lanjutan belum ditentukan
Belum ada tanggal yang ditetapkan bagi tim perunding Perlawanan Palestina untuk mengunjungi negara-negara yang memediasi pembicaraan antara kedua belah pihak, ungkap al-Hindi.
Terlepas dari masukan yang disampaikan oleh para perunding Palestina sebelumnya, yang mengarah pada perundingan baru, tim perunding Israel menolak dimasukkannya sebuah pasal yang mengharuskan perundingan untuk gencatan senjata permanen tidak dibatasi waktu.
Al-Hindi juga mengatakan bahwa Perlawanan Palestina menuntut jaminan dari para mediator bahwa gencatan senjata sementara untuk menyelesaikan proses pertukaran tahanan akan mengarah pada gencatan senjata permanen.
Ia juga menjelaskan bahwa Perlawanan menginginkan penarikan pasukan pendudukan Zionis Israel dari Poros Netzarim yang strategis, yang memisahkan Jalur Gaza bagian utara dari wilayah lain yang terkepung, dan Poros Philadelphi, yang membentang di sepanjang perbatasan Palestina-Mesir di Jalur Gaza. .
Namun, Zionis “Israel” bersikeras memaksakan persyaratannya mengenai siapa yang akan mengelola penyeberangan perbatasan Rafah. Al-Hindi menunjukkan pilihan kedua yang bisa dipilih oleh Perlawanan, yaitu merebut kembali Poros dengan kekerasan.[IT/r]