Hamas Menyambut Baik Resolusi DK PBB dan Menyatakan Kesiapannya untuk Mencapai Kesepakatan Pertukaran
Story Code : 1125087
Gerakan Perlawanan Islam mengeluarkan pernyataan mengenai seruan DK PBB baru-baru ini untuk melakukan gencatan senjata di Jalur Gaza selama bulan suci Ramadhan
“Kami menekankan perlunya mencapai gencatan senjata permanen yang mengarah pada penarikan semua pasukan Zionis (pendudukan Zionis Israel) dari Jalur Gaza dan kembalinya para pengungsi [Palestina] ke rumah tempat mereka terpaksa keluar,” tegas gerakan tersebut.
“Kami juga menegaskan kesiapan kami untuk segera terlibat dalam proses pertukaran tahanan yang mengarah pada pembebasan tahanan dan tawanan kedua belah pihak,” kata Hamas.
“Kami menyerukan kepada Dewan Keamanan untuk menekan pendudukan agar mematuhi gencatan senjata dan menghentikan perang genosida dan pembersihan etnis terhadap rakyat kami,” tegas gerakan Perlawanan.
Hamas menegaskan kembali hak rakyat Palestina untuk mendirikan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat dengan al-Quds sebagai ibu kotanya. Hal ini juga menggarisbawahi hak rakyat Palestina untuk kembali ke tanah airnya dan hak mereka untuk menentukan nasib sendiri, sebagaimana diatur dalam keputusan internasional dan hukum internasional.
Gerakan Perlawanan Islam menggarisbawahi perlunya melindungi kebebasan bergerak bagi seluruh warga Palestina, serta pergerakan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, termasuk alat berat yang akan digunakan untuk misi penyelamatan dan pemulihan bagi ribuan orang yang masih berada di bawah reruntuhan oleh bom Israel.
Hamas juga mengucapkan terima kasih atas upaya Aljazair dan seluruh anggota DK PBB lainnya yang mendukung rakyat Palestina dan berupaya menghentikan agresi di Gaza.
DK PBB mengadopsi resolusi gencatan senjata
Menyusul Amerika Serikat yang abstain dalam pemungutan suara tersebut, DK PBB meminta gencatan senjata segera antara pasukan pendudukan Israel dan Perlawanan Palestina, serta pembebasan segera dan tanpa syarat semua tawanan.
Resolusi tersebut disponsori oleh sepuluh anggota terpilih badan tersebut, dan 14 anggota dewan lainnya memberikan suara untuk resolusi tersebut.
Duta Besar Aljazair untuk PBB, Amar Bendjama, setelah pemungutan suara menyatakan bahwa rakyat Palestina telah "sangat menderita", dengan menyebutkan bahwa "pertumpahan darah telah berlangsung terlalu lama."
Washington telah berulang kali menentang istilah "gencatan senjata", dan menggunakan hak vetonya untuk membela sekutunya dalam perang di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 32.000 warga Palestina dan melukai lebih dari 74.694 orang.[IT/r]