0
Tuesday 12 March 2024 - 05:01
Eropa dan Gejolak Palestina:

Politisi Italia Mengunjungi Rafah, Kembali dengan Kesaksian yang Mengejutkan

Story Code : 1121961
Palestinians walk through the destruction left by Israel in Khan Younis, Gaza Strip
Palestinians walk through the destruction left by Israel in Khan Younis, Gaza Strip
Setelah mengunjungi perbatasan Rafah, anggota parlemen Italia menyatakan perlunya kegaduhan internasional untuk mencegah semakin parahnya bencana kemanusiaan di Rafah, di tengah kunjungan mereka ke Mesir pada awal pekan ini untuk memberikan kesaksian kepada pemerintah Italia mengenai tragedi yang menimpa warga Palestina oleh Zionis "Israel".

Stefania Ascari, dari Gerakan Bintang Lima, mengatakan, “Tindakan kejam Zionis Israel di Gaza didasarkan pada niat genosida yang jelas. Menolak pemberian air, makanan, obat-obatan dan pasokan kemanusiaan, sama dengan memusnahkan seluruh penduduk. Palestina harus segera diakui sebagai sebuah negara dan rencana rekonstruksi sangat dibutuhkan."

Nicola Fratoianni dari Partai Kiri Italia menyatakan, "Kami melihat ribuan truk menunggu di perbatasan dengan Rafah saat kelaparan melanda Gaza. Truk tidak diizinkan lewat karena Zionis Israel menghentikannya. Kami yakin bencana kemanusiaan sedang terjadi."

Angelo Bonelli, dari Aliansi Hijau dan Kiri, menyatakan, “Kami telah bertemu dengan anak-anak Palestina yang kakinya diamputasi di sebuah rumah sakit Italia di Kairo ketika Zionis Israel terus melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Hanya ada satu orang yang harus bertanggung jawab atas situasi di sana; Netanyahu dan rezimnya."

Pemerintah Italia tetap berpihak pada Zionis “Israel” meskipun terjadi ratusan demonstrasi pro-Palestina di seluruh negeri sejak 7 Oktober.

Pada hari Sabtu (9/3), demonstrasi baru diorganisir di Roma oleh organisasi kemanusiaan, badan amal dan serikat pekerja, yang dengan suara bulat menyerukan diakhirinya segera genosida Zionis “Israel” di Gaza.

Mereka juga mendesak lembaga-lembaga Italia untuk melindungi hak atas kebebasan berkumpul dan kebebasan berekspresi dan berpendapat di negara tersebut.

Seorang anggota parlemen Italia, Luigi De Magistris, berkata, "Sangat penting untuk melindungi dan mendukung suara-suara yang berbeda pendapat; penggunaan kekerasan oleh otoritas kita tidak akan menghentikan jalannya sejarah. Menegakkan supremasi hukum adalah satu-satunya cara untuk menjamin perdamaian."

Pada bulan Januari lalu, Wakil Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani mengungkapkan bahwa Italia telah menghentikan pasokan senjatanya kepada pendudukan Zionis Israel setelah perang di Gaza dimulai.

Menurut Sputnik, Tajani menyampaikan pernyataan tersebut sebagai tanggapan terhadap Elly Schlein, pemimpin oposisi Partai Demokrat Italia, yang sebelumnya mendesak pemerintah untuk menghentikan penjualan persenjataan ke Timur Tengah, “terutama ke Zionis Israel,” untuk menghindari memicu perang yang berkelanjutan.

Saat wawancara untuk surat kabar Italia Quotidiano Nazionale, Tajani berkata, "Semuanya diblokir. Periode ketika senjata paling banyak dikirim ke Zionis "Israel" adalah pada masa kepemimpinan [mantan Perdana Menteri Italia Giuseppe] Conte."

Namun, data terbaru dari Institut Statistik Nasional Italia (ISTAT) bertentangan dengan klaim penghentian karena menunjukkan bahwa Italia mengekspor "senjata dan amunisi" ke Zionis "Israel" senilai €817,536 ($885,964): €233,025 pada bulan Oktober dan €584,511 pada bulan November 2023.

Terlepas dari tanggal pengiriman amunisi di bulan Oktober, amunisi tersebut masih akan digunakan selama sisa bulan tersebut dan di bulan November untuk membunuh warga sipil di Gaza.[IT/r]
Comment