Negara-negara UE dan PBB Mengecam Dimulainya Kembali Agresi Israel di Gaza
Story Code : 1099575
Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna, yang menghadiri perundingan iklim COP28 PBB di Dubai, menganggap dimulainya kembali gencatan senjata sebagai hal yang penting.
“Pecahnya gencatan senjata adalah berita yang sangat buruk, sangat disesalkan, karena tidak membawa solusi dan mempersulit penyelesaian semua pertanyaan yang muncul,” kata Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna di sela-sela perundingan iklim COP28 PBB di Dubai.
“Kami meminta agar gencatan senjata dilanjutkan. Itu perlu,” kata Colonna.
“Pada saat yang sama, sangat penting untuk terus membebaskan sandera yang kini telah berada dalam kondisi yang sangat sulit selama 55 hari, untuk memungkinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan tiba, dan untuk dapat mendistribusikannya di Jalur Gaza di mana penduduk sipil menderita,” dia menambahkan.
Dalam konteks yang sama, Kementerian Luar Negeri Jerman menekankan perlunya mengintensifkan upaya diplomatik untuk memulihkan gencatan senjata di Gaza. Pernyataan tersebut, yang diposting di X, menggarisbawahi pentingnya mempertahankan gencatan senjata kemanusiaan bagi para tawanan yang tersisa menunggu pembebasan dan populasi yang tertekan di Gaza yang membutuhkan peningkatan bantuan kemanusiaan.
“Kita harus melakukan segala yang kita bisa untuk memastikan gencatan senjata kemanusiaan terus berlanjut. Baik bagi para sandera yang tersisa, yang telah berharap untuk dibebaskan selama berminggu-minggu, maupun bagi orang-orang yang menderita di Gaza yang sangat membutuhkan lebih banyak bantuan kemanusiaan,” tulis Kementerian di X. .
PBB: Situasi Gaza 'bencana'
Situasi di Gaza digambarkan sebagai “bencana”, di tengah kekhawatiran mengenai potensi perluasan invasi militer Israel.
“Saya sangat menyesalkan operasi militer dimulai lagi di Gaza,” kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada X.
Dimulainya kembali agresi Zionis Israel dianggap "bencana" oleh kepala hak asasi manusia PBB, Volker Turk. Dia menyerukan upaya intensif untuk mencapai gencatan senjata berdasarkan pertimbangan kemanusiaan dan hak asasi manusia.
“Komentar baru-baru ini dari para pemimpin politik dan militer Zionis Israel yang mengindikasikan bahwa mereka berencana untuk memperluas dan mengintensifkan serangan militer sangat meresahkan,” tambah Türk, menurut AFP.
“Situasinya sudah melampaui titik krisis,” tegasnya.
Turk mendesak “segera diakhirinya kekerasan, pembebasan segera dan tanpa syarat semua sandera yang tersisa, penghentian penembakan roket tanpa pandang bulu dan penggunaan senjata peledak yang berdampak luas di wilayah padat penduduk.”
“Saya masih berharap jeda yang sudah ada bisa diperpanjang. Kembalinya permusuhan hanya menunjukkan betapa pentingnya gencatan senjata kemanusiaan yang sejati,” tambahnya.
Gencatan senjata sementara antara Perlawanan di Gaza dan entitas pendudukan Israel, yang ditengahi oleh Qatar dan Mesir, berakhir pada hari Jumat pukul 07.00 tanpa ada pengumuman perpanjangannya.
Tak lama kemudian, Zionis "Israel" memperbarui agresinya di Gaza, membom Jalur Gaza tanpa pandang bulu.
Sumber media Palestina melaporkan bahwa lebih dari 109 orang syahid tewas akibat pesawat pendudukan yang membom beberapa wilayah di Jalur Gaza, termasuk juru kamera TV Al-Aqsa Abdallah Darwish yang menjadi syahid dalam serangan pendudukan di Jalur Gaza.[IT/r]