Negara-negara Afrika Menyerukan UE untuk Membuka Pemblokiran Pengiriman Pupuk Rusia
Story Code : 1073711
Menurut dokumen yang diterbitkan di situs web Kremlin pada hari Jumat (4/8), pembebasan pasokan biji-bijian dan pupuk Rusia akan sepenuhnya menghidupkan kembali Prakarsa biji-bijian Laut Hitam yang didukung PBB.
Para pemimpin Afrika juga meminta PBB untuk mengambil tindakan bagi pelepasan lebih dari 200.000 ton pupuk Rusia yang terdampar di pelabuhan Uni Eropa, memungkinkan pengiriman segera dan gratis ke negara-negara Afrika, lanjut pernyataan itu.
Sebelum dikeluarkannya pernyataan bersama oleh Kremlin, tuntutan tersebut diumumkan pada Kamis oleh juru bicara kepresidenan Afrika Selatan Vincent Magwenya.
Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan para pemimpin tujuh negara yang mewakili Prakarsa Perdamaian Afrika Jumat lalu di St. Petersburg. Pertemuan tersebut dihadiri oleh perwakilan Afrika Selatan, Republik Kongo, Mesir, Senegal, Uganda, Zambia, dan Presiden Uni Komoro dalam kapasitasnya sebagai Ketua Uni Afrika.
Selama KTT, Presiden Putin mengatakan bahwa hanya dua pengiriman kecil – dari 262.000 ton pupuk Rusia yang diblokir di UE – telah dikirim ke Malawi dan Kenya.
Dimediasi dengan bantuan dari PBB dan Turki tahun lalu, perjanjian tersebut menciptakan koridor kemanusiaan melalui Laut Hitam untuk memungkinkan pengiriman biji-bijian dan pupuk meninggalkan pelabuhan Ukraina. Moskow telah berulang kali mengeluhkan syarat-syaratnya untuk kesepakatan itu, yaitu pelonggaran sanksi ekonomi Barat yang menghambat ekspor makanan dan pupuk Rusia, tidak terpenuhi.
Oktober lalu, Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan bahwa Latvia, Estonia, Belgia, dan Belanda memblokir kargo pupuk yang ingin dikirim Rusia ke negara-negara berpenghasilan rendah.
Rusia juga mengkritik kesepakatan biji-bijian karena tidak memenuhi dasar kemanusiaannya, mengklaim bahwa sebagian besar produk Ukraina dikirim ke negara kaya, bukan negara yang paling terancam kerawanan pangan.
Kekhawatiran tersebut menyebabkan Moskow menarik diri dari kesepakatan bulan lalu. Awal pekan ini, Rusia mengatakan siap untuk "segera" melanjutkan kesepakatan yang tidak berlaku, asalkan persyaratannya dipenuhi.[IT/r]