0
Tuesday 25 June 2024 - 23:44
Iedul Ghadir:

Iedul Ghadir: Resep untuk Kemanusiaan

Story Code : 1143774
Eid Al-Ghadir, A Prescription for Humanity
Eid Al-Ghadir, A Prescription for Humanity
Ulasan Topik Idul Ghadir Berdasarkan Pernyataan Pemimpin Revolusi Islam Imam Ali Khamenei.

Al-Ghadir: Peristiwa Sejarah dan Islam yang Tak Terbantahkan

Ini adalah “Ied terbesar yang ditentukan oleh Tuhan, dan ini melebihi semua Ied lainnya” [September 2011]. 20, 2016]. Ini memperingati peristiwa saat Haji Perpisahan Nabi Muhammad ketika ia mendeklarasikan Imam Ali bin Abi Thalib [AS] sebagai penggantinya di Ghadir Khum. Nabi SAW memperkenalkan Imam Ali as dan bersabda, “Bagi siapa pun aku adalah pemimpinnya, siapa pun yang aku kuasai, siapa pun yang menerima pemerintahanku, maka Ali adalah pemimpinnya juga. Ali bin Abi Thalib – Ali yang saya tunjukkan kepada Anda, adalah pemimpinnya” [14 September 1984].

Al-Ghadir sebagai Kriteria dan Ukuran Islam

Al-Ghadir bukan sekedar peristiwa sejarah; ini mewakili sifat komprehensif Islam dan peran Nabi dalam mengelola masyarakat. Hal ini menekankan pentingnya “kekhalifahan, wilayah dan pemerintahan Islam, yang mendorong Nabi Suci (Muhammas sawa) untuk menginformasikan dan mencerahkan masyarakat tentang masalah ini di bulan-bulan dan minggu-minggu terakhir kehidupan beliau yang diberkati” [14 September 1984], menunjukkan bahwa pemerintahan dalam Islam tidak hanya melibatkan aspek spiritual, tetapi juga aspek politik dan administratif untuk membimbing masyarakat.

Imamah: Model yang Dihadirkan oleh Al-Ghadir

Al-Ghadir menyajikan model Imamah, menyoroti seorang pemimpin yang patut dicontoh secara spiritual dan moral serta mampu bertindak. Hal ini tidak hanya sekedar menunjuk seorang penerus tetapi menekankan konsep Imamah sebagai bentuk pemerintahan yang ideal, kontras dengan bentuk pemerintahan sekuler yang didasarkan pada kelemahan dan keinginan manusia.

“Imamah adalah puncak makna mengatur masyarakat dengan cara yang baik, berbeda dengan segala bentuk pengelolaan masyarakat yang didasarkan pada kelemahan manusia, hawa nafsu, kesombongan dan keserakahan” [3 Maret 2002].

Al-Ghadir: Isu Universal di Luar Komunitas Syiah

Al-Ghadir mengartikan bahwa “pengaturan urusan manusia adalah urusan ketuhanan, bukan urusan manusia. Hal ini membedakannya dengan semua urusan lain yang berkenaan dengan manusia” (26 April 1997). Pengangkatan Imam Ali [AS] oleh Nabi (Muhammad sawa) didasarkan pada perintah ilahi, menekankan kualitas seperti pengetahuan, kesalehan dan pengorbanan. Oleh karena itu, “Al-Ghadir dalam arti sebenarnya tidak terbatas pada Syiah saja” [3 Maret 2002]. Hal ini karena “masalah Imamah bukanlah masalah eksklusif umat Islam atau Syiah” [25 November 2010].

Potensi Dampak Historis Mengikuti Al-Ghadir

Peristiwa Al-Ghadir menentukan “tugas umat Islam dalam hal pembinaan dan pemerintahan” [6 Desember 2009]. Seandainya umat Islam menaati ketetapan Tuhan ini, perjalanan sejarah umat manusia akan sangat berbeda, sehingga berpotensi mengarah pada peradaban manusia yang lebih maju saat ini.[IT/r]
Comment