0
Monday 3 January 2022 - 17:21
Iran vs Hegemoni Global:

Iran: 125 Orang, Kebanyakan Orang Amerika, yang Terlibat dalam Pembunuhan Jenderal Soleimani

Story Code : 971811
Iran: 125 Orang, Kebanyakan Orang Amerika, yang Terlibat dalam Pembunuhan Jenderal Soleimani
Berbicara dalam sebuah wawancara dengan jaringan televisi IRIB TV 2, Kazem Gharibabadi, sekretaris jenderal Kantor Hak Asasi Manusia Iran, menjelaskan bahwa 125 orang, sebagian besar pejabat AS, telah diidentifikasi, dan bahwa beberapa negara yang terlibat dalam aksi teroris juga dimintai keterangan untuk memberi informasi dan dokumen terkait kepada Iran.

“Republik Islam Iran bertekad untuk bekerja sama dengan Irak, sebagai negara tempat kejahatan itu terjadi, untuk mengidentifikasi semua pelaku, sponsor, dan komplotan, dan membawa mereka ke pengadilan,” kata Gharibabadi.

Pejabat Iran menunjukkan bahwa mantan presiden AS Donald Trump mempelopori pembunuhan itu, dengan mengatakan Trump telah secara terbuka mengakui melakukan tindakan teroris semacam itu dan bangga akan hal itu. “Pengakuannya dianggap sebagai dokumen yang kredibel di pengadilan internasional,” tegasnya.

Gharibabadi melanjutkan dengan mengatakan bahwa penyelidikan kriminal pembunuhan sedang berlangsung dan penyelidikan akan selesai dalam waktu dekat.

“Pemerintah Irak telah mengajukan kasus dalam hal ini, dan kami telah berinteraksi dengan Baghdad. Jenderal Soleimeni, sebagai pembawa bendera perang melawan terorisme, adalah warga negara Iran dan oleh karena itu kami akan menangani kasus ini sesuai dengan KUHP Islam [Iran],” katanya.

“Jenderal Soleimani melakukan operasi non-militer pada malam kemartirannya. Dia telah berangkat ke Irak membawa pesan tentang isu-isu regional. Kami percaya aksi teroris pembunuhannya dapat menjadi contoh kejahatan terhadap kemanusiaan,” kata pejabat senior Iran itu.

“Tidak ada individu, institusi, negara, atau faksi politik yang terlibat dalam pembunuhan Jenderal Soleimani dapat dan harus dapat menikmati impunitas,” Gharibabadi menggarisbawahi.

Jenderal Soleimani dan rekan sejawatnya di Irak Abu Mahdi al-Muhandis, wakil kepala Unit Mobilisasi Populer (PMU), menjadi sasaran bersama dengan rekan-rekan mereka di dekat Bandara Internasional Baghdad pada 3 Januari 2020, dalam serangan pesawat nir awak teroris yang disahkan oleh Trump.

Dua hari setelah serangan itu, anggota parlemen Irak menyetujui RUU yang mengharuskan pemerintah untuk mengusir semua pasukan militer asing yang dipimpin oleh AS.

'Pasukan AS akan segera menarik diri dari seluruh wilayah'

Brigadir Jenderal Mohammad Reza Fallahzadeh, komandan kedua Pasukan Quds dari Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC), mengatakan Jenderal Soleimani memainkan peran penting dalam membawa penarikan pasukan pendudukan Amerika dari Afghanistan.

“Sang syuhada yang terhormat menggagalkan semua plot AS di Irak dan membantu pembentukan pendirian Islam di Irak. Dia juga menjaga integritas teritorial Suriah dan mempersenjatai [pejuang perlawanan Palestina] di Jalur Gaza. Pada saat yang sama, dia bekerja dengan Sayyid Hassan Nasrallah untuk memberdayakan Hizbullah untuk bangkit melawan Zionis Israel,” katanya.

Fallahzadeh mengatakan Jenderal Soleimani menyatukan semua lapisan masyarakat Irak dan Suriah, pada saat sebagian besar tanah Suriah diduduki oleh teroris Takfiri dan seluruh lingkungan Damaskus menjadi sasaran serangan mortir militan.

Dia mengubah jalannya peristiwa di sana dan menghancurkan benteng terakhir teroris Takfiri Daesh di kota timur Suriah, Abu Kamal, dekat perbatasan dengan Irak, tambah jenderal itu.

'Iran akan segera dapat memberikan sanksi kepada Amerika'

Secara terpisah, Laksamana Muda Ali Fadavi, komandan kedua IRGC, mengatakan akan tiba saatnya ketika Iran akan mengancam AS dengan pengenaan sanksi daripada sebaliknya.

“Karena musuh tidak mengancam untuk menyerang kami dan khawatir tentang tindakan Iran terhadap kekuatan arogan, akan tiba saatnya tidak lama lagi kami akan mengancam Amerika Serikat dengan sanksi,” tegasnya.

“Jika kita mengikuti cita-cita Revolusi [Islam 1979], kita dapat dengan cepat mencapai titik di mana kita dapat memberikan sanksi kepada [penguasa] Amerika,” kata Fadavi. [IT/r]
Comment