Rezim Bahrain Jadikan Senjata Covid-19 untuk Melikuidasi Tahanan Politik
Story Code : 924565
Keluarga dari 120 tahanan melakukan aksi duduk di jalan utama desa Bani Jamra di Bahrain.
Ini terjadi setelah tiga tahanan dari desa itu dipastikan terinfeksi COVID-19, sementara 10 lainnya menunggu untuk dites.
Sementara itu, demonstrasi juga terjadi di Damistan, desa pesisir tempat 45 tahanan politik berasal.
Di Karzakan, ibu dari tahanan lain, Abdul Aziz Abdel Reda, melakukan aksi duduk menuntut pembebasan putranya. Abdel Reda menjalani hampir 10 tahun hukuman seumur hidupnya dan menderita kejang dan sakit kepala kronis.
Hidupnya dalam bahaya dengan COVID19 yang menyebar melalui Penjara Rahang.
Pada hari Minggu, keluarga para tahanan mulai melakukan aksi duduk di depan gedung Ombudsman di ibu kota, Manama, mengungkapkan keprihatinan mereka atas situasi yang memburuk di penjara Bahrain.
Kementrian Dalam Negeri termasuk mereka yang tergabung dalam kepolisian dan badan intelijen, menanggapi dengan mengambil nama para pengunjuk rasa dan mencegah mereka berkumpul dengan dalih bahwa undang-undang melarang demonstrasi di ibukota.
Di kota Diraz, Karana, dan Al-Malikiyah, warga mengadakan aksi untuk menunjukkan solidaritas kepada anak-anak mereka yang berisiko tertular virus corona.
Ayatollah Isa Qassim: Salah satu hal terburuk yang dilakukan pemerintah adalah menggunakan para narapidana sebagai alat tawar-menawar politik
Sementara itu, ulama utama Bahrain, Ayatollah Sheikh Isa Qassim, membahas situasi tersebut dengan mengatakan bahwa "salah satu hal paling buruk yang dilakukan pemerintah adalah menggunakan para tahanan sebagai alat tawar-menawar politik, terutama karena virus corona telah secara paksa menyerang penjara."
"Entah para tahanan dibebaskan atau mereka mati di penjara," tulis Sheikh Qassim dalam sebuah posting Twitter yang ditujukan kepada rezim Manama.
"Apa yang akan kamu pilih untuk mereka?"[IT/r]