0
Wednesday 3 April 2013 - 12:28
Kemelut Semenanjung Korea:

Targetkan Cina, AS Picu Ketegangan di Semenanjung Korea

Story Code : 251052
B-2 bomber siluman, AS.jpg
B-2 bomber siluman, AS.jpg

Tindakan provokatif Washington terhadap Korea Utara dilakukan dengan tujuan utama mengepung Cina, seorang analis politik mengatakan pada Press TV.

"Jelas, pejabat AS, Pentagon, kalangan elit Amerika Serikat melihat Cina sebagai saingan jangka panjang," kata Richard Becker dari koalisi anti perang ANSWER yang berbasis di AS dalam wawancara eksklusif dengan Press TV, Selasa (2/4/13).

"Sekarang mereka menargetkan Korea Utara tapi salah satu strategi keseluruhan adalah Cina dan Korea lewat pangkalan militer yang membentang dari Jepang ke Filipina, termasuk Taiwan. Angkatan Laut dan Udara AS menyebar di seluruh wilayah itu," jelasnya.

Pernyataan itu muncul saat dilaporkan bahwa Amerika Serikat mengirim kapal perusak yang dilengkapi rudal, USS Fitzgerald, ke pantai barat daya Semenanjung Korea sebagai antisipasi peluncuran roket Pyongyang.

Pada akhir Maret lalu, pesawat Raptors penghindar radar F-22 dikerahkan ke pangkalan Angkatan Udara AS di Korea Selatan sebagai perwujudan langkah Washington untuk membela Korea Selatan dari ancaman militer Korea Utara.

Pada awal bulan ini, dua pesawat siluman pembom berkemampuan nuklir milik AS, B-2 terbang dari pangkalan Angkatan Udara Whiteman di Missouri dan menjatuhkan persenjataan dummy di Korea Selatan. Pesawat itu telah menyelesaikan perjalanan sejauh 13.000 mil dalam sebuah misi tunggal yang kontinu.

"Di Amerika Serikat, yang kami dengar lewat media mainstream hanyalah retorika perang Korea Utara. Kami benar-benar tidak tahu bagaimana pernyataan itu sebenarnya diterjemahkan. Tapi kami tahu dengan pasti bahwa tindakan Amerika Serikat sangat provokatif, " kata Becker.

"Ketika perang terjadi di sana, tentu saja Korea Utara dan seluruh infrastrukturnya akan hancur. Tidak akan ada bangunan yang tersisa, "katanya mengacu pada kemungkinan serangan virtual pembom siluman B-2 di Korea Utara.

Dia juga mengkritik putaran baru sanksi PBB yang diberlakukan terhadap Pyongyang dan menganggapnya  sebagai tindakan provokasi terhadap Korea Utara.[IT/r]
Comment