Menurut pengamat, Turki tidak benar-benar memberikan solusi untuk menerapkan nilai-nilai demokrasi dan pembangunan institusi, yang dengan itu Turki tidak pantas menjadi panutan bagi negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA) dan negara-negara Arab harus dibebaskan dari sistem otokrasi.
Menurut sebuah artikel berjudul "Turkey’s Weakest Export" ditulis oleh Gamze Coskun dan diterbitkan di majalah Foreign Policy, diplomasi Turki, sumber-sumber ekonomi dan soft-power negara itu membatasi Turki menjadi panutan dan model di wilayah ini.
Artikel ini mencatat bahwa hanya enam dari 135 staf di 25 saluran diplomatik Turki untuk negara-negara Arab yang benar-benar bisa berbicara bahasa Arab yang menurut artikel tersebut merupakan disabilitas dalam mempengaruhi negara-negara anggota MENA.
Selain itu, sebagian besar ekspor Turki ke negara-negara Timur Tengah berbasis pada sumber daya dan berbasis teknologi rendah (56%), diikuti barang-barang ekspor berbasis teknologi menengah (40,5%). Sementara untuk saham ekspor teknologi tinggi tetap rendah (3,5 persen).
Chanel TV berbahasa Arab milik negara Turki, adalah aset utama Ankara dalam pengaruh soft power, disampaing persaingan penyiaran satelit Arab lainnya, belum lagi persaingan chanel berbahasa Arab dari televisi Iran, Rusia dan beberapa negara Barat lain.
Drama TV Turki juga dianggap berpengaruh buruk di segmen sebagian besar penduduk lokal di negara-negara Arab, kata Coskun.
Pada kriteria soft power, juga mengalami defisiensi lain, menurut artikel tersebut. "Dari 9.374 mahasiswa asing yang memilih belajar di Turki pada tahun 2011, hanya 1.123 (12% persen dari total keseluruhan) adalah orang Arab. Ini menunjukkan bahwa pengaruh kekuasaan lunak Turki membutuhkan sedikit kualifikasi.
Belum lagi, beberapa bagian dari masyarakat Arab menganggap Turki sebagai alat dari kepentingan Amerika Serikat dan Eropa, dan yang tersebar luas di kalangan warga Arab adalah Turki lebih cenderung lebih bangga dianggap sebagai Barat-minded.
Sementara itu, Turki menghadapi tantangan besar dalam melindungi kebebasan sipil dan reformasi sistem peradilan menuju demokrasi. Soal kebebasan Pers, Turki sangat ambigu, bahkan Turki menahan para pembangkang politik dan sebagainya, kata artikel itu.
Artikel ini menyimpulkan bahwa citra Tukri yang pro-Barat, sangat membatasi berbagai proyek di Timur Tengah. Kesenjangan antara retorika dan realitas juga bagian dari masalah yang menghambat pengaruh politik Turki di Timur Tengah. [Islam Times.com' target='_blank'>Islam Times/on]
Share Berita :
Comment
2012/11/24 23:11
PARA PEMIMPIN TURKI SADARLAH, HARTA DAN JABATAN KALIAN TIDAK AKAN DI BAWA MATI !!!! JUSTRU DIPERTANGGUNG JAWABKAN DI ALAM KUBUR DAN AKHERAT !!! SUDAH WAKTUNYA ISLAM BERSATU !!!