0
Sunday 8 September 2024 - 11:11
Zionis Israel vs Palestina:

NYT: Pembantaian Keluarga di Gaza: Bukti Membantah Klaim Baku Tembak Israel

Story Code : 1158693
The Israeli massacre of Abu Salah
The Israeli massacre of Abu Salah's family
Desember lalu, sebuah video muncul yang memperlihatkan jasad seorang ibu, ayah, dan keempat putra mereka tergeletak di jalan di Kota Gaza.
 
Di samping mereka ada tandu, sekop, dan bendera putih darurat. Investigasi New York Times menyelidiki bagaimana mereka berakhir di sana dan siapa yang bertanggung jawab atas pembunuhan mereka, membantah klaim Zionis Israel tentang baku tembak.
 
Tidak seperti kebanyakan contoh korban sipil massal, yang pada dasarnya disebabkan oleh pemboman atau roket dari jarak jauh, video ini menangkap skenario di mana akibat dari tembakan langsung terlihat di tengah genosida Zionis Israel yang sedang berlangsung terhadap warga Palestina di Gaza.
 
Ditargetkan dan dibunuh: Penyelaman mendalam ke dalam pembantaian Gaza
Keluarga Abu Salah, yang tampaknya semuanya terbunuh sekaligus, menjadi korban tembakan Zionis Israel, menurut investigasi The New York Times.
 
Ketika Times menyampaikan temuannya kepada tentara Zionis Israel, tanggapannya bukanlah penyangkalan tanggung jawab tetapi klaim yang tidak mengejutkan bahwa daerah itu adalah "zona pertempuran aktif."
 
“#Pembantaian yang dilakukan oleh pendudukan: Mayat para martir dari keluarga Abu Salah di tanah di sekolah Aleppo dekat Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza utara. #Gaza” pic.twitter.com/hn7R4eRlip
— SilencedSirs◼️ (@SilentlySirs) 7 Desember 2023
 
Tentara Zionis Israel mengklaim, “Daerah yang dimaksud adalah zona pertempuran aktif di daerah Jabaliya, tempat pasukan mengalami banyak pertemuan dengan teroris yang bertempur dan bergerak di daerah pertempuran sambil mengenakan pakaian sipil dan senjata yang disamarkan di gedung dan properti yang tampaknya milik sipil.”
 
Namun, analisis The Times mengungkapkan bahwa keluarga tersebut tidak menimbulkan ancaman dan menjadi sasaran dari jarak dekat dengan maksud yang jelas.
 
Keluarga tersebut telah dipindahkan secara paksa pada tanggal 8 Oktober dari rumah mereka di Gaza utara dan telah mencari perlindungan di sekolah terdekat. Mengungkap pembantaian yang mengerikan Hanadi Abu Salah, saudara perempuan dari salah satu korban, menceritakan pengalaman mengerikan yang dialaminya.
 
Dia berlindung di sebuah sekolah yang hanya berjarak 200 kaki ketika keluarganya terbunuh dan mendengar suara tembakan tetapi tidak tahu bahwa keluarganya yang menjadi sasaran.
 
Hanadi mengingat kembali peristiwa tragis tersebut, “Kami tidak dapat keluar dari sekolah karena ada penembak jitu di dekat pagar sekolah. Kami bahkan tidak tahu bahwa keluarga saya yang ditembak.” Keluarga tersebut telah pindah ke sekolah Hamad bin Khalifa di sebelah rumah sakit Indonesia setelah rumah mereka dihancurkan.
 
Malam sebelum pembunuhan, para saksi melaporkan buldoser di rumah sakit, yang menunjukkan adanya invasi Zionis Israel. Citra satelit mengonfirmasi beberapa bangunan hancur dalam semalam. Keesokan paginya, keponakan remaja Hanadi, Assad, ditembak oleh penembak jitu Zionis Israel tak lama setelah melangkah keluar.
 
Hanadi memberi The New York Times foto Assad yang diambil tiga jam sebelum pembunuhan keluarga itu, yang memperlihatkannya di peti mati putih yang berlumuran darah. Foto ini juga menampilkan tandu oranye yang cocok dengan yang terlihat bersama anggota keluarga yang meninggal.
 
Hanadi menjelaskan bahwa keluarga itu sedang dalam perjalanan kembali dari menguburkan Assad ketika mereka ditembak.
 
Pada sore hari, tembakan lebih lanjut terdengar datang dari Rumah Sakit Indonesia, yang berada di bawah pendudukan Israel. Analisis New York Times, termasuk analisis bayangan dan unggahan media sosial tentara, menunjukkan bahwa penembakan itu terjadi sekitar pukul 9 pagi.
 
Tembakan yang ditargetkan bukan tembakan acak
Ahli patologi Dr. Nizam Peerwani mencatat bahwa mayat-mayat itu kemungkinan berada di tempat kejadian tak lama setelah ditembak, mungkin dalam waktu 1-2 jam.
 
Jonathan Priest, mantan kepala unit pembunuhan polisi Denver, mengindikasikan bahwa posisi korban yang meringkuk menunjukkan bahwa mereka membela diri, bukan bertindak agresif.
 
Ia juga mencatat bahwa beberapa tembakan mematikan dilepaskan saat para korban berada di tanah, mencoba melindungi diri mereka sendiri.
 
Kedua ahli menyimpulkan bahwa luka-luka tersebut ditujukan ke tubuh bagian atas, yang menunjukkan tembakan yang terarah, bukan tembakan acak.
 
Baik tentara Zionis Israel maupun saksi mata tidak melaporkan adanya konfrontasi dengan pejuang Perlawanan Palestina di tempat kejadian, sehingga mengesampingkan kemungkinan pembunuhan tersebut sebagai akibat dari baku tembak.
 
Selain itu, sang ayah membawa bendera putih, tanda universal penyerahan diri atau tidak adanya ancaman, namun, tragisnya, warga sipil yang memegang bendera putih telah menjadi sasaran pasukan pendudukan Israel dalam insiden lainnya.
 
Hanadi Abu Salah menggambarkan kesedihannya: "Sepanjang malam telah berlalu tanpa ada kabar tentang keluarga saya." Ia sangat terkejut saat mengetahui anggota keluarganya tersebar di jalan. "Saya terkejut melihat keluarga saya tersebar di jalan - enam orang di depan mata saya."[IT/r]
 
 
 
Comment