Nancy Pelosi Menegur Pengunjuk Rasa Pro-Palestina untuk 'Kembali ke China'

Pengunjuk rasa pro-Palestina berkumpul di luar rumah Pelosi menuntut gencatan senjata.

Sebuah video viral mengenai insiden tersebut menunjukkan Pelosi mencoba memasuki kendaraan yang diparkir di depan rumahnya ketika para pengunjuk rasa mengelilinginya dan mendesaknya untuk mendapatkan jawaban mengenai gencatan senjata, dan dia menjawab, ''Kembalilah ke China, di sanalah markas besar Anda berada.' '

Pelosi: Rusia berada di balik protes pro-Palestina
Menurut Reuters, mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS Nancy Pelosi menyatakan selama wawancara CNN pada hari Minggu (28/1) bahwa dia yakin demonstrasi tertentu di Amerika Serikat yang menyerukan gencatan senjata di Gaza terkait dengan Rusia, dan memperingatkan bahwa FBI harus menyelidikinya.

''Kami harus memikirkan apa yang kami lakukan, dan apa yang harus kami lakukan adalah mencoba menghentikan penderitaan di Gaza, namun seruan mereka untuk gencatan senjata adalah pesan Putin. Jangan salah, ini berhubungan langsung dengan apa yang ingin dia lihat,” spekulasinya.

''Saya pikir beberapa pengunjuk rasa ini bersifat spontan, organik, dan tulus. Beberapa, menurut saya, ada hubungannya dengan Rusia. Dan saya katakan itu setelah melihat hal ini sejak lama, seperti yang Anda tahu,'' tambahnya.

Kedutaan Besar Rusia di Washington tidak memberikan komentar, karena ini adalah komentar pertama yang datang dari seorang anggota parlemen AS. Ibrahim Hooper, juru bicara Dewan Hubungan Amerika-Islam, menyebutnya "tidak masuk akal" bahwa Pelosi melontarkan "fitnah yang tidak berdasar yang menargetkan mereka yang berupaya mengakhiri pembantaian warga sipil di Gaza," merinci bahwa komentarnya memberikan gambaran yang jelas. dari “dehumanisasi rakyat Palestina selama beberapa dekade.”

Selain itu, Nihad Awad, ketua Dewan Hubungan Amerika-Islam, menyatakan bahwa organisasi tersebut ''sangat terganggu'' dengan komentar Pelosi. ''Klaim Pelosi bahwa beberapa orang Amerika yang memprotes gencatan senjata di Gaza bekerja sama dengan Vladimir Putin terdengar khayalan dan seruannya agar FBI menyelidiki para pengunjuk rasa tersebut tanpa bukti apa pun benar-benar otoriter,'' ujar Nihad, menurut kutipan CNN.[IT/r]