Wanita Israel yang Ditangkap di Irak Mengaku Pernah Memata-matai untuk Mossad dan CIA
Story Code : 1095722
Dalam sebuah video yang disiarkan oleh jaringan TV satelit Al Rabiaa Irak pada hari Senin (13/11), Elizabeth Tsurkov mengatakan dalam bahasa Ibrani bahwa dia ditugaskan untuk membangun hubungan antara rezim Tel Aviv dan kelompok militan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung AS.
Dia juga mengakui perannya dalam mengoordinasikan demonstrasi Oktober 2019 di Irak untuk menebarkan perselisihan di kalangan Syiah di negara Arab tersebut.
Dengan menggunakan paspor Rusianya, Tsurkov pergi ke Irak pada bulan Januari dengan kedok melakukan penelitian akademis. Dua bulan kemudian, dia menghilang di ibu kota Irak, Bagdad.
Musim panas ini, kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengklaim bahwa Tsurkov ditahan oleh kelompok perlawanan anti-teror Irak Kata’ib Hezbollah.
Dalam video tersebut, dia mengatakan bahwa dia telah ditahan selama lebih dari tujuh bulan, tanpa menyebutkan nama penculiknya atau lokasi di mana dia ditahan.
Mata-mata itu juga mengatakan kepada keluarga warga Zionis Israel, yang ditahan oleh gerakan perlawanan Palestina Hamas, bahwa jika mereka ingin bertemu kembali dengan orang yang mereka cintai, mereka harus menghentikan perang rezim pendudukan di Jalur Gaza.
“Saya meminta keluarga para sandera di Gaza untuk terus melakukan upaya menghentikan perang di Gaza,” ujarnya.
“Perang yang dilakukan secara bodoh oleh Netanyahu melalui istrinya, Sara, dan putranya, Yair, akan menyebabkan para sandera terbunuh. Jika Anda ingin putra dan putri Anda kembali hidup, perang harus dihentikan.”
Zionis Israel mengobarkan perang berdarah di Jalur Gaza pada 7 Oktober setelah Hamas melakukan operasi mendadak terhadap entitas pendudukan dan menangkap lebih dari 240 warga Zionis Israel.
Sejak dimulainya agresi, rezim Tel Aviv telah membunuh sedikitnya 11.240 warga Palestina di Gaza, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan melukai sekitar 29.000 lainnya.
Mereka juga memberlakukan “pengepungan total” terhadap wilayah pesisir, memutus bahan bakar, listrik, makanan, dan air bagi lebih dari dua juta warga Palestina yang tinggal di sana.[IT/r]