Anggota Parlemen Lebanon: Detente Iran-Saudi Menggagalkan Skenario Iranofobia Israel
Story Code : 1059164
Hassan Fadlallah mengatakan kepada IRNA dalam sebuah wawancara eksklusif pada hari Sabtu (20/5) bahwa orang Amerika selama bertahun-tahun berusaha untuk menggambarkan Iran sebagai musuh dunia Arab dan rezim Zionis Israel sebagai teman dan sekutu orang Arab.
“Zionis Israel adalah pecundang utama rekonsiliasi Tehran-Riyadh, karena telah menguangkan dirinya sebagai mitra negara-negara Arab melawan Iran,” katanya. Pemulihan hubungan antara Iran dan Arab Saudi menghancurkan impian Zionis, katanya.
“Kami menyaksikan ekspresi keprihatinan dan ketidaksenangan Zionis Israel setelah kesepakatan diumumkan. Zionis juga menunjukkan kemarahan mereka atas masalah ini secara terbuka. Sementara semua pihak yang menginginkan perdamaian dan terjalinnya hubungan yang erat antara Iran dan negara-negara Arab menyambut baik perkembangan tersebut,” kata Fadlallah.
Legislator Lebanon juga menyebut pemulihan hubungan sebagai langkah penting, menyatakan bahwa Beirut mendukung hubungan dekat antara Tehran dan negara-negara Arab.
“Rezim Zionis Israel adalah penyabot, musuh dan penghasut di antara negara-negara Arab. Détente Tehran-Riyadh memiliki banyak dampak, terutama di tingkat politik, di kawasan,” kata Fadlallah.
Setelah beberapa hari negosiasi intensif yang diselenggarakan oleh Beijing, Tehran dan Riyadh mencapai kesepakatan rekonsiliasi pada 10 Maret.
Pertemuan antara Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian dan mitranya dari Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud pada 6 April menandai pertemuan pertama dalam tujuh tahun dan menekankan perlunya mengimplementasikan perjanjian yang ditengahi China.
Iran dan Arab Saudi sekarang yakin kesepakatan itu berpotensi meredakan ketegangan di Asia Barat.
Hubungan diplomatik diputuskan oleh Arab Saudi pada Januari 2016, setelah pengunjuk rasa Iran, yang marah dengan eksekusi ulama terkemuka Syiah Sheikh Nimr Baqir al-Nimr oleh pemerintah Saudi, menyerbu kedutaannya di Tehran. [IT/r]