Gantz Mendesak Gencatan Senjata di Gaza untuk Mengamankan Pembebasan Tawanan
Story Code : 1175593
Pemimpin oposisi Zionis Israel Benny Gantz meminta Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada hari Kamis (28/11) untuk memprioritaskan pembebasan tawanan dari Gaza, mendesaknya untuk menghindari eskalasi lebih lanjut dengan mengirim pemukim ke Jalur Gaza.
Berbicara kepada radio FM 103, Gantz mengkritik strategi Netanyahu dan mendesak gencatan senjata sementara untuk memfasilitasi pemulangan tawanan.
"Kita harus mengeluarkan para sandera dari Gaza dan tidak mengizinkan pemukim lain memasuki Jalur Gaza," kata Gantz.
"Kita telah memberkati pemukiman di Yudea dan Samaria [Tepi Barat], jadi mari kita lindungi mereka. Kita tidak punya apa pun untuk dicari di Gaza kecuali para sandera dan keamanan."
Seruan untuk Kepemimpinan dan Kejelasan
Gantz, mantan menteri keamanan dan anggota Kabinet Perang, mendesak Netanyahu untuk menyusun rencana yang jelas untuk pembebasan para tawanan, yang menurut sumber-sumber Israel diperkirakan berjumlah 101 orang.
Hamas mengklaim bahwa puluhan tawanan telah tewas dalam serangan udara Zionis Israel di Gaza. "Saya katakan kepada Netanyahu: Buatlah rencana dan mulailah tunda pertempuran sampai rencana ini terwujud,"
Gantz menambahkan. "Jika dia bermaksud membebaskan para sandera, biarkan dia melakukannya, dan jika dia tidak bisa, biarkan dia mengatakannya."
Pernyataan Gantz muncul di tengah meningkatnya rasa frustrasi dari tokoh-tokoh oposisi dan keluarga para tawanan, yang menuduh Netanyahu memprioritaskan kelangsungan hidup politik daripada pemulangan para tawanan.
Laporan menunjukkan bahwa menteri-menteri ekstremis dalam pemerintahan koalisi Netanyahu telah mengancam akan menarik dukungan mereka jika dia menyetujui gencatan senjata atau menarik diri dari Gaza.
Meningkatnya Korban dan Kecaman Internasional
Perang di Gaza, yang dimulai setahun lalu setelah dimulainya Operasi Banjir Al-Aqsa, telah meningkat menjadi krisis kemanusiaan. Serangan Israel telah mengakibatkan kematian hampir 44.300 warga Palestina, sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak, dengan lebih dari 104.700 orang terluka.
Tindakan Zionis "Israel" telah menuai kecaman internasional yang luas, dengan berbagai lembaga dan tokoh menganggap rezim tersebut bertanggung jawab atas tindakan genosida.
Pekan lalu, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan mantan Menteri Keamanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Selain itu, Zionis "Israel" menghadapi kasus genosida di Pengadilan Internasional (ICJ).
Gencatan Senjata Gaza akan dilanjutkan?
Sebelumnya hari ini, seorang pejabat senior Palestina mengatakan kepada Al Mayadeen bahwa Kairo akan menjadi tuan rumah pembicaraan dengan Hamas untuk membahas upaya Mesir untuk melanjutkan negosiasi gencatan senjata di Gaza.
Pejabat Hamas Osama Hamdan menyatakan bahwa Perlawanan Palestina difokuskan untuk mengakhiri agresi dan menolak gencatan senjata sementara yang gagal memenuhi tuntutan Palestina, menuduh Zionis "Israel" berusaha mencapai melalui negosiasi apa yang gagal dicapai secara militer.
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden mengumumkan bahwa Zionis "Israel" dan Lebanon telah menerima perjanjian gencatan senjata yang ditengahi AS, menandai apa yang disebutnya sebagai langkah menuju Timur Tengah yang "damai dan sejahtera".
Biden juga mengindikasikan rencana untuk memulai kembali upaya gencatan senjata di Gaza, dengan dukungan dari Mesir, Turki, Qatar, dan pendudukan Zionis Israel, sambil mengupayakan normalisasi antara Tel Aviv dan Riyadh.[IT/r]