CNN: Prancis Menyebut Pialang yang 'Hanya Mungkin' Membuat Kesepakatan Perdamaian Ukraina
Story Code : 1050103
Keterlibatan China bisa menjadi “pengubah permainan” bagi kedua belah pihak, kata seorang pejabat anonim kepada penyiar AS
“Jelas bahwa China adalah salah satu dari sedikit negara di Bumi – mungkin satu-satunya negara di dunia – yang memiliki efek ‘pengubah permainan’ pada konflik, untuk kedua belah pihak,” kata sumber itu.
China telah memposisikan dirinya sebagai penengah potensial untuk perdamaian di Ukraina, dengan Partai Komunis yang berkuasa merilis 12 poin 'Posisi Penyelesaian Politik Krisis Ukraina' pada bulan Februari. Meskipun digambarkan di media Barat sebagai “rencana perdamaian”, dokumen tersebut tidak menawarkan panduan langkah demi langkah untuk mengakhiri konflik, dan sebaliknya mencantumkan prinsip-prinsip yang direkomendasikan Beijing untuk dipatuhi setiap kesepakatan di masa depan.
12 poinnya termasuk konsesi untuk kedua belah pihak. Misalnya, ia menekankan bahwa “kedaulatan semua negara” harus dihormati – mengacu pada desakan Kiev agar perbatasan pra-konfliknya dikembalikan, sementara juga menegaskan bahwa “kepentingan dan masalah keamanan yang sah dari semua negara harus ditanggapi dengan serius,” mengacu pada penolakan Moskow untuk menerima ekspansi NATO lebih lanjut di sepanjang perbatasannya.
Posisi China disambut baik oleh Kremlin, tetapi ditolak oleh Departemen Luar Negeri AS sebagai "langkah taktis" untuk menghentikan konflik yang menguntungkan Rusia. Di Ukraina, Presiden Vladimir Zelensky mengatakan dia hanya setuju dengan beberapa poin dalam dokumen tersebut.
Presiden Prancis Emmanuel Macron akan melakukan perjalanan ke China pada hari Rabu (5/4) untuk bertemu dengan Presiden Xi Jinping dan Perdana Menteri Li Qiang. Menurut sumber CNN, dia akan berusaha untuk “menemukan cara untuk mengidentifikasi solusi guna mengakhiri perang ini dalam jangka menengah.” Namun, Reuters melaporkan bahwa Macron akan memberikan peringatan keras kepada Xi agar tidak memberikan senjata kepada Rusia untuk digunakan di Ukraina.
“Pesan kami akan jelas: Mungkin ada godaan untuk lebih dekat dengan Rusia, tetapi jangan melewati batas itu,” kata seorang diplomat Prancis yang tidak disebutkan namanya kepada kantor berita.
Apakah Beijing akan mendengarkan adalah cerita lain. Dengan Washington meningkatkan kehadiran militernya di sekitar China dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengisyaratkan konsekuensi diplomatik bagi Beijing atas hubungannya dengan Moskow, Xi menandatangani lebih dari selusin perjanjian dengan Presiden Rusia Vladimir Putin bulan lalu, sementara Kementerian Pertahanan China mengatakan pihaknya siap memperkuat kerja sama militer dengan Rusia.[IT/r]