Related FileRekaman video telah muncul di internet yang menunjukkan teroris dari kelompok Hayat Tahrir-al-Sham (HTS) memasuki kota Hama di Suriah, setelah ditinggalkan oleh pasukan pemerintah.
Militer Suriah mengumumkan penarikan pasukannya dari Hama pada hari Kamis (5/12) di tengah serangan mendadak oleh para teroris.
Dikatakan bahwa setelah beberapa hari "pertempuran sengit", sebuah keputusan dibuat untuk mundur untuk "menyelamatkan nyawa warga sipil" dan tidak melibatkan mereka dalam pertempuran.
Menurut militer, para militan menderita "kerugian besar" saat maju ke kota tersebut. Dalam video yang diunggah di internet pada hari Jumat (6/12), sejumlah truk pikap dan sepeda motor dengan anggota HTS, yang sebelumnya dikenal sebagai Jabhat al-Nusra, terlihat melaju di sepanjang jalan-jalan Hama.
Suara tembakan terdengar di latar belakang saat para teroris tampaknya merayakan keberhasilan merebut kota itu dengan melepaskan tembakan ke udara. Rekaman itu juga memperlihatkan sedikitnya satu kendaraan lapis baja, yang ditinggalkan oleh pasukan pemerintah, dan sebuah truk militer yang hancur.
Beberapa penduduk setempat terekam bersorak dan melambaikan tangan kepada para militan saat mereka lewat. Hama, yang berpenduduk kurang dari satu juta jiwa, berlokasi strategis di Suriah tengah di jalan raya Aleppo-Damaskus, sekitar 200 km di utara ibu kota Damaskus, dan sekitar 50 km dari kota penting lainnya, Homs.
Para teroris melancarkan serangan mereka dari provinsi utara Idlib minggu lalu, mengejutkan militer Suriah dan dengan cepat menguasai kota terbesar kedua di negara itu, Aleppo, sambil terus maju ke wilayah lain. Militer Rusia, yang telah membantu Damaskus sejak 2015, sebelumnya melaporkan telah melakukan serangan terhadap posisi HTS, yang diklaim telah menewaskan ratusan militan.
Moskow tengah menganalisis situasi untuk menentukan tingkat bantuan yang dibutuhkan Suriah untuk menghadapi serangan jihad, kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada hari Kamis.
PBB mengatakan pada hari Jumat bahwa sekitar 280.000 orang telah mengungsi sejak dimulainya serangan teroris. Samer AbdelJaber, yang mengepalai koordinasi darurat di Program Pangan Dunia (WFP) PBB, memperingatkan bahwa jumlah pengungsi pada akhirnya dapat mencapai 1,5 juta.[IT/r]