Mantan Ketua Parlemen Irak Memperingatkan Rencana untuk Memberikan Kewarganegaraan Irak kepada 500 Ribu Orang Yahudi
Story Code : 988529
Dalam sebuah wawancara televisi pada hari Minggu (10/4), Mahmoud al-Mashhadani menyatakan bahwa proyek multi-tahap telah dirancang untuk membagi dan memerintah negara Arab.
“Proyek ini terdiri dari tahapan, yang pertama adalah mengakhiri kekuatan politik Syiah yang bersatu, dan kemudian mengumumkan kesepakatan internasional untuk memberikan kewarganegaraan Irak kepada 500.000 orang Yahudi dan menyambut mereka di Baghdad untuk investasi,” katanya.
Al-Mashhadani, anggota tertua parlemen Irak, menjelaskan bahwa tahap selanjutnya adalah mengendalikan kekuatan politik melalui lobi Yahudi untuk menunjuk pemimpin politik baru dan kemudian menetap orang Palestina di provinsi Anbar barat.
“Langkah-langkah itu akan dilakukan dalam waktu dekat, dengan dalih menjauhkan Irak dari Poros Perlawanan,” tambahnya.
Mengacu pada pemilihan parlemen Irak Oktober, dia mengatakan kecurangan pemilih bertujuan untuk menciptakan keretakan di antara Syiah dan membentuk lobi politik baru untuk melayani kepentingan entitas Zionis "Israel".
Beberapa faksi politik dan pendukungnya di negara Arab itu menolak hasil pemilu Oktober sebagai “penipuan”.
Sebanyak 329 kursi diperebutkan dalam pemilihan tersebut.
Hasil pemilu menunjukkan Aliansi Fatah meraih 15 kursi, turun dari 48 kursi pada perolehan suara 2018.
Sementara itu, koalisi Sairoon pimpinan ulama berpengaruh Muqtada al-Sadr memenangkan lebih dari 70 kursi.
Pemilihan awalnya direncanakan akan diadakan pada tahun 2022, tetapi tanggal tersebut dimajukan sebagai tanggapan atas gerakan protes massa yang pecah pada tahun 2019 untuk menyerukan reformasi ekonomi, layanan publik yang lebih baik, dan perjuangan yang efektif melawan pengangguran dan korupsi di lembaga-lembaga negara. .
Ketua Aliansi Fatah, Hadi al-Ameri, mengatakan pada saat itu bahwa ada "kepastian" bahwa kecurangan pemilu terjadi, menekankan bahwa kemungkinan campur tangan oleh rezim Zionis "Israel" tidak dapat dikesampingkan.
"Penipuan pemilu dilakukan melalui dunia maya dan tujuannya adalah untuk menyusup ke Irak ... dan kami tidak mengesampingkan campur tangan entitas Zionis," katanya.[IT/r]