0
Sunday 15 December 2024 - 03:09
Rusia dan Gejolak Suriah:

Pemimpin ‘Jihadis’ Suriah Membahas Masa Depan dengan Rusia

Story Code : 1178368
Fighters of Hay
Fighters of Hay'at Tahrir al-Sham (Levant Liberation Committee or HTS) opposition militant group in Idlib Province
Pimpinan kelompok ‘jihadis’ Hayat Tahrir-al-Sham (HTS) Abu Mohammed al-Julani mengatakan bahwa Suriah mungkin saja menjalin hubungan dengan Rusia jika Moskow berupaya mewujudkannya.
 
Al-Julani mengatakan bahwa "Kepemimpinan Suriah ingin menghindari provokasi Rusia," berbicara dalam sebuah wawancara pada hari Jumat (13/12) di saluran TV Suriah yang berbasis di Istanbul.
 
Situasi di Suriah memburuk dalam kurun waktu dua minggu pada bulan November, ketika militan yang dipimpin oleh HTS melancarkan serangan terhadap pasukan negara itu, mengambil alih kota-kota besar dan berakhir di Damaskus.
 
Setelah runtuhnya militer Suriah, Assad meninggalkan negara itu dan diberi suaka di Rusia. Al-Julani juga mengklaim bahwa pemerintah Suriah yang baru bersedia memberi Rusia "kesempatan untuk mengevaluasi kembali hubungan dengan Suriah dengan cara yang melayani kepentingan bersama."
 
Dia menekankan bahwa momen ini membutuhkan "manajemen yang cermat" atas hubungan dengan negara lain.
 
Moskow dan teroris Suriah saat ini sedang membahas "mempertahankan kehadiran Rusia di Suriah, dan statusnya sebelumnya," menurut sumber TASS yang diyakini mengetahui negosiasi tersebut.
 
Dalam sebuah laporan yang ditulis pada hari Jumat (13/12), agensi tersebut mengklaim bahwa Moskow "telah mendapatkan jaminan keamanan sementara, sehingga pangkalan militer beroperasi seperti biasa."
 
Pangkalan Udara Khmeimim dan pusat dukungan logistik di Tartus terletak di bagian barat negara itu di sepanjang pantai Mediterania. Pada tahun 2017, Moskow dan Damaskus sepakat untuk menempatkan pasukan Rusia di pangkalan-pangkalan ini selama 49 tahun.
 
Setelah kelompok militan menguasai Damaskus, nasib pangkalan Khmeimim dan Tartus dipertanyakan. Namun, menurut Wakil Menteri Luar Negeri Mikhail Bogdanov, diplomat Rusia telah membahas masalah ini dengan komite politik HTS.[IT/r]
 
 
 
Comment