Perang Suriah
Laporan: Bandar bin Sultan Dalang Serangan Senjata Kimia
31 Aug 2013 19:17
Islam Times- Bahkan kejanggalan dari berbagai wawancara dengan para dokter, warga Ghouta dan para pemberontak serta keluarga mereka, gambar yang muncul berbeda dengan realitas dilapangan, demikian Mint Pers News melaporkan, Sabtu, 31/08/13.
Para pemberontak dan penduduk lokal di Ghouta, Suriah mengatakan, Bandar bin Sultan mengirim senjata kimia kepada kelompok bersenjata al-Qaeda di daerah itu.
Dalam wawancara dengan berbagai warga di Damaskus dan Ghouta, di pinggiran ibukota Suriah, oleh lembaga kemanusiaan Doctors Without Borders mengatakan sedikitnya 355 orang tewas pekan lalu yang menunjukkan al-Qaeda yang didukung Arab Saudi bertanggung jawab atas serangan kimia mematikan tebru di Suriah.
Bahkan kejanggalan dari berbagai wawancara dengan para dokter, warga Ghouta dan para pemberontak serta keluarga mereka, gambar yang muncul berbeda dengan realitas dilapangan, demikian Mint Pers News melaporkan, Sabtu, 31/08/13.
Banyak warga percaya, kelompok takfiri al-Qaeda menerima senjata kimia melalui Kepala Dinas Intelijen Saudi, Bandar bin Sultan dan bertanggung jawab untuk melaksanakan serangan kima tersebut.
"Anak saya datang kepada saya dua minggu lalu dan menanyakan apa yang saya pikir mengenai senjata kimia, dia menjawab, dirinya diminta untuk melakukan itu," kata Abu Abdel -Moneim, ayah dari seorang pemberontak di Ghouta.
Abdel- Moneim mengatakan seorang putra dan 12 militan lainnya tewas dalam sebuah terowongan yang digunakan untuk menyimpan senjata yang disediakan oleh Saudi. Dia dikenal sebagai Abu Aisyah pemimpin batalyon pertempuran. Sang ayah menggambarkan senjata itu memiliki tabung, sementara yang lain menyerupai botol gas besar.
Warga kota Ghouta juga mengatakan para pemberontak menggunakan masjid dan rumah-rumah pribadi untuk menyimpan senjata mereka.
Abdel-Moneim mengatakan anaknya dan yang lain meninggal selama serangan senjata kimia.
Sementara pada hari yang sama, teroris takfiri Front al-Nusra, mengumumkan bahwa mereka akan menyerang warga sipil di jantung pemerintah Suriah Latakia di pantai barat, sebagai pembalasan atas pembantaian itu.
"Mereka tidak memberitahu kami apa senjata ini, atau bagaimana menggunakannya, " keluh seorang militan wanita berinisial "K". Kami tidak tahu barang-barang itu adalah senjata kimia. Kami tidak pernah membayangkan mereka senjata kimia."
"Ketika Pangeran Bandar memberikan senjata tersebut kepada orang-orang, ia menyatakan harus diberikan kepada orang-orang yang tahu bagaimana menangani dan menggunakannya," Dia, seperti warga Suriah lainnya, tidak ingin menggunakan nama lengkap, karena takut pembalasan.
Dokter yang merawat korban serangan senjata kimia memperingatkan pewawancara untuk berhati-hati mengajukan pertanyaan mengenai siapa yang bertanggung jawab atas serangan mematikan itu.
Kelompok kemanusiaan Doctors Without Borders menambahkan, para petugas kesehatan membantu 3.600 pasien yang juga dilaporkan mengalami gejala yang mirip, termasuk buih di mulut, gangguan pernapasan, kejang-kejang dan pandangan kabur. Kelompok ini belum mampu secra mandiri memverifikasi informasi itu.
Lebih dari selusin pemberontak diwawancarai melaporkan, gaji mereka berasal dari pemerintah Saudi. [IT/Onh/Ass]
Story Code: 297299