Iran - Turki:
Iran Menolak Ancaman Turki untuk Melancarkan Serangan ke Suriah, Menyerukan Dialog
29 May 2022 03:25
IslamTimes - Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Said Khatibzadeh mengatakan Tehran menentang penggunaan aksi militer terhadap negara-negara kawasan, menekankan bahwa satu-satunya cara untuk meredakan kekhawatiran keamanan Turki adalah melalui dialog, daripada serangan lain ke negara tetangga Suriah.
Pernyataan itu muncul setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengancam akan meluncurkan operasi militer baru di Suriah dengan tujuan mengamankan perbatasan selatan Turki.
“Republik Islam Iran menentang setiap tindakan militer dan penggunaan kekuatan di wilayah negara lain dengan tujuan menyelesaikan perselisihan di antara mereka, dan menganggapnya sebagai pelanggaran terhadap integritas teritorial dan kedaulatan nasional negara-negara tersebut,” kata Khatibzadeh. Sabtu (28/5).
Khatibzadeh mengatakan penggunaan kekuatan akan semakin memperumit situasi, meningkatkan ketegangan, dan menyebabkan bencana kemanusiaan di wilayah tersebut.
Dia lebih lanjut mengatakan sementara Republik Islam memahami masalah keamanan Turki, satu-satunya cara untuk mengurangi kekhawatiran tersebut adalah melalui dialog dan menghormati perjanjian bilateral dengan tetangga serta kesepakatan yang dicapai dalam proses perdamaian Astana untuk mengakhiri krisis Suriah.
Juru bicara itu menambahkan bahwa Republik Islam siap membantu "mencegah eskalasi krisis dan konflik apa pun yang korbannya hanya warga sipil yang tak berdaya."
Berbicara setelah rapat kabinet pada hari Senin, Erdogan mengatakan tujuan dari operasi militer tersebut adalah untuk melanjutkan upaya Turki untuk menciptakan zona aman sepanjang 30 kilometer di sepanjang perbatasannya dengan Suriah.
“Kami akan segera mengambil langkah-langkah baru mengenai bagian yang tidak lengkap dari proyek yang kami mulai di zona aman sedalam 30 km yang kami buat di sepanjang perbatasan selatan kami,” katanya.
Turki telah mengerahkan pasukan di Suriah yang melanggar kedaulatan dan integritas teritorial negara Arab itu.
Militan yang didukung Ankara dikerahkan ke timur laut Suriah pada Oktober 2019 setelah pasukan militer Turki melancarkan invasi lintas batas yang telah lama terancam dalam upaya yang dinyatakan untuk mendorong militan dari Unit Perlindungan Rakyat (YPG) menjauh dari daerah perbatasan.
Ankara memandang YPG sebagai organisasi teroris yang terkait dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang tumbuh di dalam negeri, yang telah mencari wilayah otonomi Kurdi di Turki sejak 1984.
Presiden Suriah Bashar al-Assad dan pejabat senior lainnya mengatakan Damaskus akan menanggapi melalui semua cara yang sah yang tersedia untuk serangan darat yang sedang berlangsung oleh pasukan Turki di bagian utara negara Arab itu.[IT/r]
Story Code: 996591