QR CodeQR Code

Syahid Al Quds:

Kepribadian Mulia Syahid Qasem Soleimani

1 Jan 2022 03:50

IslamTimes - Para pahlawan selalu dikenang sebagai seorang yang berjuang, berkorban dan berjasa, baik itu untuk negara, agama, ataupun yang lainnya. Mereka akan senantiasa berada di hati para pejuang kemuliaan dan menjadi inspirasi dalam memperjuangkan keadilan dan kebenaran.


Salah satu tokoh yang merepresentasikan sifat-sifat kepahlawanan tersebut ialah Haji Qasem Soleimani. Beliau tidak hanya dikenal sebagai pahlawan di negerinya sendiri, Iran, namun beliau juga dikenal sebagai pahlawan di kawasan, karena keberhasilannya yang menyelamatkan bangsa-bangsa Arab dari buasnya cengkraman ISIS kala itu.


Orang yang mengamati peristiwa dan gesekan yang terjadi di kawasan, sedikitnya akan mengetahui siapa sosok yang bernama Qasem Soleimani ini. Beliau ini merupakan komandan Pasukan Quds yang ditunjuk langsung oleh Pemimpin Tertinggi Republik Islam Iran, Ayatullah Sayyid Ali Khamenei Hf. Pria paruh baya ini memiliki peran sentral dalam mengusir gerombolan pasukan ISIS di Irak dan Suriah. Tak ayal, peran beliau membuat Amerika dan sekutunya seperti singa yang kehilangan taringnya, dan membuat agenda mereka di kawasan gagal total.


Apa yang dikerjakan oleh Qasem Soleimani telah membuat musuh-musuh Islam geram dan putus asa. Sehingga mereka mencap beliau sebagai seorang teroris dan menjadi incaran untuk dibunuh. Puncak dari itu semua, Qasem Soleimani akhirnya meneguk cawan syahadah (baca: mati syahid) lewat serangan pengecut Amerika di Baghdad, Irak.


Terlepas dari itu semua, Qasem Soleimani merupakan sosok yang dikagumi dan dibanggakan terutama oleh rakyat Iran, para pejuang Islam di kawasan juga para pecinta kemanusiaan. Kekaguman itu juga tak lepas dari kepribadian beliau yang luar biasa. Beliau yang dikenal sebagai pejuang pembebasan, ternyata memiliki sisi lain kepribadian yang luhur dan mulia. Di antara kepribadian-kepribadian mulinya ialah:

Perhatian terhadap Perihal Ibadah

Salah satu kepribadian beliau yang mulia ialah beliau sangat perhatian terhadap sesuatu yang berhubungan dengan ibadah, baik itu yang wajib maupun yang mustahab. Dikisahkan ketika beliau dalam sebuah operasi di Irak, terkadang beliau bersama rekan-rekannya terpaksa harus bersembunyi di rumah kosong, dan dalam keadaan seperti itu, beliau berusaha untuk mendapatkan izin dari pemilik rumah, dan salah satunya ialah dengan menulis surat, dalam surat itu beliau menulis:

“Keluarga yang terkasih dan terhormat, Assalamualaikum, aku saudara kecil kalian Qasem Soleimani, kalian pasti mengenalku, aku minta maaf karena terpaksa masuk ke rumah kalian tanpa izin, aku salat di sini, juga salat dua rakaat dengan niat untuk kalian, aku berdoa semoga Allah memberkahi kalian. Pada  akhirnya, saya siap membayar setiap kerusakan di rumah ini. Ini nomor rumah saya di Iran”.


Salah satu seorang maddahi (pelantun puji-pujian untuk para Imam Ahlulbait) terkenal juga pernah bercerita sekaitan dengan ibadahnya Qasim Soleimani. Ia mengatakan:

“Aku seharusnya akan membaca doa Arafah di Karbala. Lalu teleponku berbunyi dengan nomor anonim, aku angkat telepon tersebut, dan ternyata itu dari Qasem Soleimani. Setelah bertanya-tanya kabar, Qasem Soleimani berkata ‘Jika tidak terggangu dan tidak lelah, bisakah Anda melantunkan doa untuk kami?’ Aku berkata, ‘Bagi kami berdoa di samping Anda merupakan sebuah taufik. Utusan mereka datang padaku, lalu kami pergi ke tempat atas haram (makam) Sayyidus Syuhada as, tepat di sebelah kubah. Haji Qasem sedang duduk, sementara Abu Mahdi sedang membaca doa Ziyarah Asyura, setelah itu giliranku melantunkan doa, kami berdoa selama dua jam setengah, bahu Haji Qasem terlihat bergetar karena menangis. Waktu salat pun tiba, Haji Qasim bersikeras agar Abu Mahdi berdiri di depan (untuk menjadi imam). Setelah salat, keadaan Haji Qasem masih sama, bahunya bergetar karena menangis. Aku berkata pada anak-anak yang saat itu menemaniku, ‘Tidak heran negara adidaya takut padanya, sebab Haji Qasim terhubung ke tempat yang lain (selalu terhubung dengan Allah Swt)’”.

Pecinta Ahlulbait As dan Pelayan Ahlulbait As
Beliau selain dikenal lewat perjuangannya melawan musuh-musuh Allah, juga dikenal sebagai orang yang memiliki perhatian khusus terhadap Ahlulbait as. Diceritakan, saat itu beliau sering mengadakan acara-acara duka Husaini atau az-Zahra di rumahnya yang kumuh di Jalan Syahid Rajai. Hingga suatu saat beliau mampu meluaskannya dan menamakan rumah itu dengan Bait az-zahra. Ketika beliau mendapat misi dan dikirim ke Teheran, beliau mewakafkan rumah itu untuk keperluan para peziarah dan tamu-tamu Ahlulbait as.


Dikisahkan juga dari salah satu pekerja di Bait az-Zahra. Ketika itu Bait az-Zahra telah memiliki para pekerja, dan saya—kata tukang sapu—termasuk di dalamnya, kami ditugaskan untuk membersihkan toilet. Lalu Haji Qasem datang ke Bait az-Zahra dan langsung turun ke bawah menemui kami. Tanpa melakukan jabat tangan, ia menyuruh kami untuk keluar dan membiarkan saya untuk berdiri berjaga, dan mengatakan “Jangan biarkan siapapun datang.” Dia mengambil selang dan menutup pintu lalu membersihkan semuanya. Satu jam kemudian dia datang dan duduk, sambil menghela napas, beliau berkata, “Akh...aku pun bisa melakukan khidmat (pelayanan) kepada tamu-tamu az-Zahra as.” Ada banyak pekerjaan, namun Haji Qasim telah memilih yang tersulit dan tersulit tanpa ada riya.


Musuh bagi Para Penindas dan Pembela Orang-orang Tertindas

Haji Qasim tidak pernah hanya memikirkan kemenangan militer, tapi ia selalu mencari keridhoan Allah, kemenangan dunia Islam dan kebebasan dunia yang tertindas. Hal itu terlihat dari surat beliau yang  ditulisnya untuk putrinya.

“Putiku sayang! Aku memohon pada Allah untuk mengisi semua bagian-bagian dari keberadaanku dan semua pembuluh-pembuluh darahku penuh dengan cinta kepada-Nya. Aku tidak memilih jalan ini untuk membunuh, kamu tahu sendiri aku tidak bisa melihat pemenggalan ayam. Jika aku memiliki senjata, itu untuk melawan si pembunuh, bukan untuk membunuh. Saya melihat diriku sebagai seorang prajurit di setiap rumah seorang Muslim yang berada dalam bahaya. Dan aku ingin Allah memberiku kekuatan untuk bisa membela semua yang tertindas di dunia. Aku berperang dan memberikan jiwaku bukan untuk Islam yang tercinta, karena jiwaku tidak memiliki kelayakan untuk itu, bukan juga buat orang-orang Syiah yang tertindas, namun aku berperang untuk anak-anak yang ketakutan tanpa perlindungan dan tak berdaya, untuk wanita yang anak-anaknya menempel di dadanya, untuk orang-orang terlantar yang melarikan diri dan meninggalkan garis darah di belakangnya.”

Atas dasar inilah, Qasem Soleimani menjadi salah satu komandan yang telah menerapkan apa yang diperintahkan oleh Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as. Beliau as dalam Nahjul Balaghah pernah berkata: (کونوا لِلظّالِمِ خَصْماً وَ لِلْمَظْلومِ عَوْناً), “Jadilah kalian lawan bagi orang zalim, dan kawan bagi orang mazlum (tertindas).

Itulah sedikitnya kepribadian-kepribadian mulia Qasem Soleimani dari banyaknya kepribadian mulia beliau yang bisa kita teladani dan kita jadikan inspirasi. Qasem Soleimani mungkin telah tiada di tengah-tengah kita, namun perjuangan dan cita-cita beliau yang mulia akan tetap selalu hidup.

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. (Q.S Ali Imran: 169) [IT/r/Tim Kebangkitan Islam/Rezvan Raka]

 


Story Code: 971426

News Link :
https://www.islamtimes.com/id/news/971426/kepribadian-mulia-syahid-qasem-soleimani

Islam Times
  https://www.islamtimes.com