QR CodeQR Code

Zionis Israel - Gejolak Suriah:

WashPo: 'Israel' Bangun Pangkalan di Suriah, Picu Ketakutan akan Pendudukan

3 Feb 2025 13:30

IslamTimes - Citra satelit yang ditinjau oleh Washington Post menunjukkan bahwa tiga pangkalan Zionis Israel sedang dibangun di wilayah Suriah, menimbulkan kekhawatiran warga setempat akan pendudukan tanah mereka.


Pasukan pendudukan Zionis Israel, yang telah menyerbu beberapa desa Suriah di luar zona buffer dan Gunung Hermon, tampaknya sedang bersiap untuk menetap dalam jangka panjang di wilayah tersebut, menurut spekulasi The Washington Post, seiring dengan pergerakan kendaraan berat Zionis Israel yang melintasi perbatasan Suriah.

Gambar satelit yang ditinjau oleh The Post mengungkapkan lebih dari setengah lusin bangunan dan kendaraan di dalam pangkalan Zionis Israel yang dibentengi, dengan lokasi serupa lainnya yang berjarak sekitar lima mil ke selatan. Dua pangkalan ini dihubungkan oleh jalan tanah baru yang mengarah ke Dataran Tinggi Golan yang diduduki. Lebih jauh ke selatan, area yang telah dibersihkan—diidentifikasi oleh para ahli sebagai kemungkinan fondasi pangkalan ketiga—juga terlihat.

Pasukan pendudukan Zionis Israel kini bergerak masuk dan keluar dari zona buffer, yang seharusnya tetap demiliterisasi sesuai dengan perjanjian gencatan senjata 1974 antara pendudukan Israel dan Suriah. Namun, Zionis Israel menyatakan bahwa perjanjian tersebut tidak lagi berlaku setelah jatuhnya rezim Assad.

Dua lokasi konstruksi baru ini tampaknya adalah pangkalan pengamatan ke depan, mirip dengan yang ada di bagian Dataran Tinggi Golan yang diduduki Zionis Israel, menurut William Goodhind, analis citra dari Contested Ground. Pangkalan di Jubata al-Khassab lebih berkembang, sementara lokasi di selatan masih dalam tahap pembangunan.

Goodhind mencatat bahwa lokasi pertama menawarkan visibilitas lebih baik bagi pasukan, sedangkan lokasi kedua memiliki akses lebih mudah ke jaringan jalan di wilayah tersebut—keuntungan yang kemungkinan juga dimiliki pangkalan ketiga di area yang telah dibersihkan lebih jauh ke selatan.

Citra satelit juga menunjukkan jalan baru yang dibangun sekitar 10 mil di selatan Quneitra, membentang dari garis batas ke puncak bukit dekat desa Kodana. Jalan ini memberi pasukan pendudukan Israel posisi pengawasan tambahan.

Untuk mendirikan pos pengawasan dekat Jubata al-Khassab, buldoser Israel telah mencabut pohon buah-buahan milik warga desa dan vegetasi lainnya di dalam kawasan cagar alam yang dilindungi, menurut Wali Kota Mohammed Muraiwid, yang menganggap tindakan ini sebagai bentuk pendudukan.

Pasukan Zionis Israel Memblokir Jalan dan Menyerang Warga
Sejak memasuki Suriah, pasukan pendudukan Israel telah mendirikan pos pemeriksaan, memblokir jalan, menggerebek rumah-rumah, mengusir warga sipil, serta menembaki pengunjuk rasa yang menentang pendudukan. Pada malam hari, patroli terlihat bergerak di jalan belakang dengan lampu mati sebelum kembali ke pangkalan.

"Tidak ada yang tahu apa yang mereka lakukan. Tidak ada yang berani bertanya," kata Budour Hassan, 55, saat ia mengumpulkan daun untuk teh di dekat pos pemeriksaan Israel.
Bagaimana Tanggapan Pemerintah Baru Suriah?
Menurut WP, kelompok Hay’at Tahrir al-Sham tampaknya tidak hadir di daerah-daerah dekat perbatasan, meskipun pemimpin baru Suriah, Ahmad al-Sharaa, telah menyatakan komitmennya untuk mempertahankan perjanjian 1974.

"Mungkin mereka memiliki kesepakatan dengan Zionis Israel yang tidak kami ketahui," kata Hayel al-Abdulla, 77, seorang pemimpin suku di desa kecil Samdaniya al-Gharbiya. Ketika pasukan pendudukan Israel memblokir jalan di selatan rumahnya dengan tanah dan batu, ia memprotes. "Saya katakan kepada mereka, ini bukan Gaza. Anda tidak bisa begitu saja mengurung kami."
Administrasi baru Suriah menyatakan bahwa mereka "tidak berniat untuk menghadapi Zionis Israel," ujar pemimpin Ahmad al-Sharaa sebelumnya.

Fahd al-Masri, kepala Front Penyelamatan Nasional Suriah dan juru bicara Tentara Pembebasan Suriah, sebelumnya mengatakan kepada media Israel Maariv, "Kami tidak ingin perang dengan Zionis Israel."

Al-Masri berbicara dengan Baruch Yedid, komentator urusan Arab dari i24NEWS, mengucapkan terima kasih kepada "Israel" atas "kontribusinya" dalam menggulingkan Presiden Suriah Bashar al-Assad.

"Tanpa serangan yang Anda lakukan terhadap Hezbollah dan Iran, kami tidak akan bisa membebaskan Suriah," kata al-Masri. Ia menambahkan, "Terima kasih, Zionis Israel. Ini adalah kemenangan Israel, saudara dan tetangga kami."

Dalam konteks yang sama, Yedid mengutip Abdul Jalil al-Saeed, yang disebut sebagai "mantan wakil Mufti Suriah," yang menyatakan optimisme tentang kemungkinan hubungan antara Suriah dan Israel.

Ketakutan akan Pengusiran dan Pendudukan
Pendudukan Israel mengklaim bahwa invasi mereka ke Suriah bertujuan untuk menyita senjata guna mencegah serangan ke permukiman Zionis Israel. Namun, Muraiwid membantah klaim ini, dengan menyatakan bahwa tidak ada senjata yang tersisa.

Ketika pasukan Israel tiba di desa Muraiwid, mereka menuntut agar warga menyerahkan senjata yang ditinggalkan oleh pasukan rezim yang melarikan diri. Warga pun menyerahkannya untuk menghindari penggerebekan lebih lanjut.

"Mereka kembali dua kali lagi. Pada kunjungan ketiga, saya mengatakan bahwa meskipun kami memiliki senjata, Suriah sekarang memiliki pemerintahan baru, dan kami akan menyerahkannya kepada pemerintah kami yang baru," tambahnya.

Pada tahun 1981, meskipun mendapat tentangan internasional, Zionis Israel mencaplok bagian dari Dataran Tinggi Golan yang mereka rebut dari Suriah, dengan alasan bahwa langkah tersebut diperlukan untuk mencegah serangan Suriah terhadap lahan pertanian di al-Jalil yang diduduki. Namun, dataran tinggi tersebut juga sangat penting bagi pasokan air Israel, karena mengalirkan air ke Danau Galilea dan Sungai Yordan.

Zona buffer mencakup sebuah bendungan di waduk yang memasok air ke sebagian besar wilayah selatan Suriah, memicu kecurigaan warga bahwa pendudukan Israel berusaha menguasai air dan sumber daya lainnya.

Sementara itu, pasukan Israel melakukan patroli berjalan kaki, menggerebek rumah-rumah, serta membangun pangkalan baru yang memutus akses warga ke lahan penggembalaan mereka, sehingga mereka harus membeli lebih banyak biji-bijian untuk ternak mereka.
"Semua orang khawatir, bukan hanya saya," kata Bakr.

Di antara kekhawatiran utama warga adalah ancaman pengusiran. Ibukota regional, Madinat al-Baath, yang terletak satu mil dari garis gencatan senjata, didirikan oleh pemerintah Suriah pada tahun 1986 untuk menampung keluarga-keluarga yang diusir dari Dataran Tinggi Golan selama perang 1973. Sebagian besar dari 100.000 warga Suriah yang tinggal di wilayah yang direbut oleh Israel tidak pernah diizinkan kembali.

"Kami tidak akan membiarkan hal yang sama terjadi lagi," kata Bilal Suleiman, kepala kotamadya setempat. "Tidak ada kemungkinan satu dari sejuta bahwa kami akan pergi."

Warga di wilayah itu melaporkan bahwa mereka dilarang kembali ke rumah dan lingkungan mereka, dengan salah seorang dari mereka berkata, "Sebagian besar orang diizinkan kembali, tetapi mereka mengatakan kepada saya bahwa rumah saya adalah zona militer."

Ia menjelaskan bahwa saat ini ia tinggal bersama teman-temannya di kota terdekat bersama istri dan delapan anaknya. Ia telah mengatur agar seorang petani lain merawat dua sapi dan 15 dombanya, tetapi harus membiarkan anjing dan ayamnya berkeliaran bebas karena tidak ada tempat untuk menampung mereka.

Penduduk kota bahkan telah mengganti nama kota mereka, takut dikaitkan dengan Partai Baath Assad, dari Madinat al-Baath (Kota Baath) menjadi Madinat al-Salaam (Kota Perdamaian). Namun, Qasem al-Mohammad, seorang warga, menunjuk ke sebuah tank Israel di desa itu dan berkata, "Mungkin mereka tidak mengerti pesannya." [IT/r]
 
 


Story Code: 1188279

News Link :
https://www.islamtimes.com/id/news/1188279/washpo-israel-bangun-pangkalan-di-suriah-picu-ketakutan-akan-pendudukan

Islam Times
  https://www.islamtimes.com