Mesir dan Gejolak Suriah:
Mesir: 'Keberadaan Teroris' di Suriah Membahayakan Seluruh Wilayah
13 Jan 2025 04:00
IslamTimes - Menteri Luar Negeri Mesir menggarisbawahi dalam sebuah pertemuan di Riyadh tentang Suriah bahwa negaranya menentang kehadiran teroris di Suriah.
Mesir telah menegaskan kembali penolakannya terhadap kehadiran apa yang digambarkannya sebagai unsur-unsur teroris di wilayah Suriah, dengan alasan potensi ancaman atau provokasi yang mereka timbulkan terhadap negara-negara regional.
Mesir juga menyerukan proses politik yang komprehensif yang melibatkan semua komponen dan faksi masyarakat Suriah untuk memastikan keberhasilan masa transisi.
Berbicara pada pertemuan tingkat menteri yang diperluas tentang Suriah yang diadakan di Riyadh, Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdel Aty menyatakan, "Tidak boleh ada tempat berlindung bagi unsur-unsur teroris di tanah Suriah, karena ini dapat menjadi ancaman atau provokasi bagi negara-negara regional mana pun."
Ia mendesak masyarakat internasional untuk bersatu guna mencegah Suriah menjadi sumber ketidakstabilan di kawasan tersebut.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri, uru bicara Tamim Khilaf menyoroti bahwa Abdel Aty menekankan komitmen Mesir untuk menjaga persatuan, integritas teritorial, dan kedaulatan Suriah.
Menteri tersebut juga menggarisbawahi perlunya mendukung lembaga-lembaga nasional Suriah untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam melayani rakyat Suriah.
Abdel Aty menyerukan penerapan proses politik komprehensif yang dipimpin dan dimiliki oleh Suriah yang mencakup semua segmen dan faksi masyarakat Suriah tanpa mengesampingkan kelompok politik atau sosial apa pun untuk menjamin keberhasilan fase transisi.
Kutukan atas pelanggaran Zionis Israel
Menteri Luar Negeri Mesir mengutuk tindakan Zionis Israel di zona demiliterisasi dengan Suriah, khususnya mengkritik pendudukan Israel atas wilayah Suriah.
Abdel Aty menegaskan kembali penolakan penuh Mesir atas pelanggaran rezim Israel terhadap perjanjian pelepasan tahun 1974 antara pendudukan dan Suriah, menyebutnya sebagai pelanggaran hukum internasional.
Dia selanjutnya menuntut pendudukan Zionis Israel untuk menarik diri dari wilayah Suriah yang didudukinya dan mematuhi perjanjian pelepasan.
Selain itu, Abdel Aty mengecam serangan udara sistematis Zionis Israel yang menargetkan infrastruktur dan kemampuan militer tentara Suriah.
Pertemuan di Riyadh merupakan kelanjutan dari pertemuan sebelumnya di Aqaba, Yordania, pada tanggal 14 Desember.
Pesertanya meliputi menteri luar negeri Turki, Suriah, negara-negara anggota Dewan Kerjasama Teluk, Irak, Lebanon, Yordania, Mesir, Inggris, dan Jerman.
Amerika Serikat dan Italia diwakili di tingkat wakil menteri luar negeri, bersama dengan Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan, Sekretaris Jenderal Liga Arab, Sekretaris Jenderal Dewan Kerjasama Teluk, dan Utusan Khusus PBB untuk Suriah.
Rencana ISIS digagalkan
Hal ini terjadi setelah kantor berita Suriah SANA melaporkan bahwa Direktorat Intelijen Suriah menggagalkan upaya kelompok teroris Negara Islam (IS) untuk melakukan pengeboman di makam Sayyidah Zainab as, sebuah situs suci yang menjadi tempat makam Zainab binti Ali, cucu Nabi Muhammad dan tujuan ziarah Muslim, di ibu kota pinggiran Damaskus.
SANA menerbitkan rekaman yang menunjukkan sel IS, yang rencananya dilaporkan digagalkan oleh Administrasi Keamanan Umum.
Sumber dalam badan intelijen Suriah mengatakan kepada SANA bahwa pasukan intelijen dan keamanan "berhasil menggagalkan upaya IS untuk melakukan pengeboman" di dalam makam tersebut.
Kantor berita tersebut menyebutkan bahwa anggota sel tersebut ditangkap sebelum melakukan serangan.
Sumber tersebut menegaskan bahwa badan tersebut menggunakan semua sumber dayanya untuk melawan segala upaya untuk menargetkan orang-orang Suriah dalam semua keragaman mereka.[IT/r]
Story Code: 1184006