Perjuangan Palestina:
Pengungsi Palestina Menggali Parit untuk Berlindung dari Serangan Udara dan Udara Dingin
12 Jan 2025 15:40
IslamTimes - "Jika terjadi ledakan di sekitar kami dan tanah runtuh, tempat perlindungan ini akan menjadi kuburan kami," kata seorang ayah Palestina, Tayseer.
Saat suhu turun dan hujan lebat menghantam Gaza tengah yang dilanda perang, keluarga-keluarga pengungsi menggunakan berbagai cara untuk bertahan hidup.
Di Deir el-Balah, Tayseer Obaid, seorang ayah Palestina, telah menggali tempat perlindungan bawah tanah untuk keluarganya, dalam upaya menciptakan tempat yang lebih aman dan nyaman di tengah kekacauan. Saat berbicara dengan AFP, Obaid menjelaskan bagaimana ia mulai menggali tanah liat untuk memperluas tempat tinggal mereka yang terbatas.
"Saya punya ide untuk menggali tanah guna memperluas tempat karena sangat terbatas," jelasnya. Seiring berjalannya waktu, ia menggali hingga hampir dua meter dalam, menambahkan kasur agar nyaman, dan menggunakan karung tepung berisi pasir untuk mengaspal jalan masuk dan mencegah lumpur terkumpul.
Meskipun telah berupaya keras, ia mengakui risikonya, dengan mengatakan, "Jika terjadi ledakan di sekitar kami dan tanah runtuh, tempat perlindungan ini akan menjadi kuburan kami."
Perang yang telah berlangsung selama 14 bulan ini telah menyebabkan hampir seluruh dari 2,4 juta penduduk Gaza mengungsi. Menurut UNOSAT, 66% bangunan di wilayah tersebut telah rusak atau hancur akibat serangan udara yang tiada henti.
Dengan bahan bangunan yang langka akibat blokade total, keluarga yang mengungsi terpaksa bergantung pada tempat penampungan sementara di kamp-kamp yang penuh sesak.
Situasi ini semakin diperburuk oleh cuaca musim dingin yang dingin. Pada hari Kamis, badan pengungsi Palestina PBB (UNRWA) melaporkan kematian tragis delapan bayi baru lahir akibat hipotermia dan 74 anak meninggal karena kondisi yang brutal.
"Kita memasuki Tahun Baru ini dengan membawa kengerian yang sama seperti tahun lalu -- tidak ada kemajuan dan tidak ada penghiburan. Anak-anak sekarang mati kedinginan," kata juru bicara UNRWA Louise Wateridge.
Sejak dimulainya perang, setidaknya 46.537 warga Palestina, sebagian besar warga sipil, telah tewas, menurut data dari Kementerian Kesehatan Gaza.
Krisis kemanusiaan terus memburuk, tanpa ada tanda-tanda akan berakhirnya penderitaan.[IT/r]
Story Code: 1183903