Iran dan Gejolak Suriah:
Mantan Komandan IRGC: Iran Akan Mmendukung Suriah Melawan ‘Komplotan AS-Israel’; Janji Sejati III ‘Pasti’
3 Dec 2024 00:42
IslamTimes - Seorang mantan komandan utama Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran mengatakan Amerika Serikat dan rezim Israel memprovokasi teroris Takfiri untuk menyerang dan menduduki kota Aleppo di Suriah untuk memperluas perang dari Lebanon dan Gaza ke Suriah.
Mayor Jenderal Mohsen Rezaei, yang saat ini menjadi anggota Dewan Kemanfaatan Iran, menyampaikan pernyataan tersebut dalam wawancara langsung dengan jaringan berita Al Jazeera pada hari Minggu (1/12).
Dia mengatakan serangan mendadak hari Rabu (27/11) di Aleppo oleh teroris yang didukung asing adalah “kesalahan politik besar” yang melanggar kesepakatan gencatan senjata 2020 antara pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad dan militan Takfiri.
“Kami menganggap pendudukan Aleppo sebagai hasil provokasi oleh Zionis Israel dan Amerika Serikat, terutama pada saat Israel telah melakukan yang terbaik untuk mengacaukan kawasan tersebut selama setahun terakhir melalui kampanye militer dan pemboman Gaza dan Lebanon, serta serangan udara berulang kali terhadap Suriah,” tambahnya.
“Tindakan ini merupakan perluasan dari perang di Lebanon dan Gaza ke Suriah, dan [dengan demikian] kami mendukung Suriah, dan pemerintah serta tentaranya.”
Iran adalah negara pertama yang bergegas membantu Suriah setelah pecahnya kekerasan yang disponsori asing di sana pada tahun 2011.
Pada tahun 2017, pasukan Suriah, yang didukung oleh Iran dan Rusia, meraih kemenangan monumental atas kelompok teroris Daesh. Namun, wilayah utara negara itu tetap berada di bawah kendali militan dan pasukan pendudukan asing.
Kelompok teroris, yang dipimpin oleh Hay’at Tahrir al-Shams (HTS), melancarkan serangan terbesar mereka di Suriah dalam beberapa tahun pada hari Rabu, menguasai sebagian Aleppo, dan maju ke selatan menuju kota Hama.
‘Tentara Muslim yang bersatu’
Dalam sambutannya, Rezaei juga mendesak semua negara Muslim untuk bersatu dan membentuk pasukan gabungan untuk melawan AS dan Israel, yang telah berulang kali melancarkan aksi agresi terhadap Suriah, dengan memperingatkan bahwa kedua negara tersebut berusaha menerapkan skenario yang sama di Irak, Tepi Barat yang diduduki, dan Yordania.
“Palestina, Lebanon, Suriah, Yaman, Irak, dan Iran, saat ini berdiri melawan mereka (AS dan Zionis Israel), dan keenam negara tersebut harus mengalahkan kedua negara tersebut seperti yang terjadi di Lebanon,” katanya.
“Saat ini, Republik Islam Iran adalah pendukung utama ... semua negara Muslim melawan AS dan Israel.”
Mantan komandan IRGC tersebut selanjutnya merujuk pada kesepakatan gencatan senjata minggu lalu antara rezim pendudukan dan gerakan perlawanan Hizbullah Lebanon yang mengakhiri pertempuran selama lebih dari 14 bulan. “Dengan menerima gencatan senjata, Israel menunjukkan bahwa mereka sama sekali tidak mampu melakukan pertempuran darat,” katanya. Israel, tegas Rezaei, kini telah menjadi rezim yang paling dibenci sepanjang sejarah, sementara kebenaran Palestina telah dibuktikan kepada dunia. Ketika ditanya apakah Iran akan mempertimbangkan kembali rencana Operasi True Promise III anti-Israelnya, khususnya setelah gencatan senjata di Lebanon dan terpilihnya Presiden AS Donald Trump, Rezae menegaskan bahwa, “Kami akan menghukum rezim Zionis Israel di tempat dan waktu yang kami anggap tepat, dan operasi pembalasan ini sudah pasti.”
Story Code: 1176227