Islam Times - Negara-negara Dunia Mendesak Gencatan Senjata Sementara dalam Perang “Israel” di Lebanon

Negara-negara Dunia Mendesak Gencatan Senjata Sementara dalam Perang “Israel” di Lebanon

IslamTimes - Sekelompok negara dunia telah mengeluarkan pernyataan bersama, yang menyerukan gencatan senjata selama tiga minggu dalam agresi Zionis “Israel” terhadap Lebanon.

Pernyataan tersebut, yang dirilis pada akhir pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB pada hari Rabu (25/9), menyusul pembicaraan yang dipimpin oleh Prancis dan Amerika Serikat.

Disebutkan bahwa situasi yang “tidak dapat ditoleransi” antara Zionis “Israel” dan Lebanon “menimbulkan risiko yang tidak dapat diterima dari eskalasi regional yang lebih luas.” "Kami menyerukan gencatan senjata segera selama 21 hari di perbatasan Lebanon-Israel untuk memberi ruang bagi diplomasi," tambah pernyataan yang ditandatangani oleh Australia, Kanada, Uni Eropa, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Arab Saudi, UEA, Inggris, AS, dan Qatar.

Pernyataan tersebut selanjutnya menyebutkan: “Sudah waktunya untuk menyelesaikan penyelesaian diplomatik yang memungkinkan warga sipil di kedua sisi perbatasan untuk kembali ke rumah mereka dengan aman.”

Pernyataan bersama tersebut juga menyerukan gencatan senjata di Jalur Gaza, tempat perang genosida Zionis "Israel" telah menewaskan 41.495 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, sejak 7 Oktober 2023.

Jumlah korban tewas akibat serangan udara "Israel" di Lebanon sejak Oktober telah mencapai 1.247 dengan sekitar 5.278 orang terluka.

Sebagai balasan, Hizbullah telah menembakkan rentetan roket ke wilayah yang diduduki. Berbicara pada pertemuan Dewan Keamanan hari Rabu,

Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati mengatakan "Israel" "menyebarkan teror dan ketakutan di antara warga Lebanon di hadapan dunia." "Zionis Israel melanggar kedaulatan kita dengan mengirimkan pesawat tempur dan pesawat nirawak mereka ke langit kita," katanya.

"Ratusan warga sipil kehilangan nyawa mereka dalam beberapa hari. Rumah sakit kewalahan, tidak dapat menerima lebih banyak korban luka." Mikati juga memperingatkan bahwa negaranya adalah “korban agresi siber elektronik dan agresi udara dan laut yang dapat berubah menjadi agresi darat dan dapat menjadi perang regional habis-habisan.”[IT/r]