QR Code
Gejolak Zionis Israel:
Pakar: Kematian Tawanan Israel Mengirimkan Pesan yang Jelas Kepada 'Israel'
2 Sep 2024 06:57
IslamTimes - Penemuan beberapa pemukim Zionis Israel yang tewas di Rafah mengirimkan pesan yang jelas kepada pendudukan Zionis Israel bahwa wajah pertempuran sedang berubah.
Pasukan pendudukan Zionis Israel telah menemukan jasad enam tawanan di sebuah terowongan yang terletak di Rafah, Jalur Gaza selatan, yang telah dibombardir dan diserbu oleh pasukan pendudukan Zionis Israel selama empat bulan terakhir.
Menurut juru bicara pasukan pendudukan Zionis Israel Daniel Hagari, para prajurit tersebut dibunuh oleh para pejuang dari Brigade al-Qassam, sayap militer Hamas.
Hani al-Dali, seorang pakar dalam urusan Perlawanan Palestina, menyatakan bahwa kematian para tawanan pada saat yang kritis dan dalam konteks kompleks pertempuran yang sedang berlangsung di Rafah merupakan perubahan dramatis di medan perang.
Ia menekankan bahwa terlepas dari semua upaya, pasukan Israel gagal menyelamatkan satu pun prajurit mereka di tempat yang disebutnya sebagai "Kota Kotak Hitam," yang menyoroti kemampuan intelijen militer al-Qassam dalam melindungi para pejuang mereka dan tawanan Zionis Israel sambil memaksakan realitas baru di lapangan.
Al-Dali lebih lanjut mencatat bahwa insiden ini mengirimkan pesan yang kuat kepada para pemimpin Zionis Israel, yang mencerminkan kedalaman strategi militer dan politik perlawanan. Poin-poin berikut merangkum pesan-pesan ini:
- 1. Keputusan Kabinet cacat: Kebijakan militer yang berkelanjutan terkait dengan Koridor Philadelphia menunjukkan kegagalan yang jelas dalam penilaian Israel, yang mengharuskan penilaian ulang atas strategi ekspansionis mereka, khususnya pendudukan Koridor Philadelphia.
- 2. Pesan kepada keluarga tawanan: Al-Dali mendesak keluarga tentara yang ditangkap untuk mengambil tindakan guna menyelamatkan putra-putra mereka, bukan dari perlawanan, tetapi dari keputusan Perdana Menteri Netanyahu, yang tindakannya dapat memperburuk situasi mereka dan menyebabkan kematian mereka dalam kondisi tertentu.
- 3. Kekeliruan tekanan militer: Peningkatan tekanan militer di Gaza tidak mungkin menghasilkan penyelamatan lebih banyak tawanan. Sebaliknya, hal itu dapat menyebabkan hasil yang tidak terduga, seperti kematian para tawanan.
Al-Dali menyimpulkan dengan mengatakan bahwa perkembangan ini mencerminkan kombinasi kekuatan militer dan visi politik, yang menunjukkan kesadaran Perlawanan Palestina akan dinamika militer dan tujuan pendudukan Zionis Israel sambil menantangnya dengan jelas dan langsung.
Sejalan dengan pengamatan ini, media Israel melaporkan bahwa Menteri Keamanan Yoav Gallant diperkirakan akan mengusulkan pertimbangan ulang atas keputusan Kabinet untuk tetap berada di Koridor Philadelphia selama pertemuan Kabinet hari Minggu.
Sementara itu, keluarga tentara yang ditangkap menyerukan pemogokan, protes, dan penutupan di wilayah pendudukan Zionis Israel menyusul pengumuman penemuan enam jenazah tentara tersebut.
Dalam konteks terkait, seorang pejabat Zionis Israel yang terlibat dalam negosiasi gencatan senjata mengatakan kepada Times of Israel bahwa penemuan enam jenazah tentara tersebut, yang baru-baru ini masih hidup, adalah bukti terbaru bahwa tekanan militer tanpa inisiatif diplomatik paralel akan menyebabkan para tawanan tersebut dihukum mati.
Pejabat tersebut menyatakan penyesalannya karena Perdana Menteri Netanyahu telah berfokus pada pentingnya tekanan militer sambil mengabaikan kebutuhan untuk meningkatkan upaya diplomatik, termasuk kemungkinan kesepakatan pertukaran tahanan.
Kesepakatan atau amukan?
Axios melaporkan pada hari Jumat (30/8), mengutip sumber-sumber Zionis Israel, bahwa rapat kabinet pada hari Kamis (29/8) meletus menjadi konfrontasi sengit antara Perdana Menteri Zionis Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Keamanan Yoav Gallant.
Menurut laporan tersebut, diskusi tersebut terutama difokuskan pada usulan kesepakatan gencatan senjata di Gaza, yang telah terhenti selama berminggu-minggu setelah Netanyahu mengajukan persyaratan baru untuk usulan gencatan senjata dari Presiden AS Joe Biden pada bulan Juli.
Selama pertemuan tersebut, Gallant berpendapat untuk terus maju dengan kesepakatan tersebut, bahwa kesepakatan tersebut bukan hanya tentang mengamankan pembebasan tawanan tetapi juga keputusan strategis yang penting bagi Zionis "Israel."
Gallant mengatakan bahwa gencatan senjata dapat mengurangi ketegangan regional dengan Iran dan Hizbullah, yang memungkinkan Pasukan Pendudukan Zionis Israel (IOF) untuk berkumpul kembali dan mengalihkan fokus ke ancaman lain.
Namun, Netanyahu bersikeras untuk mempertahankan IOF yang dikerahkan sepenuhnya di sepanjang koridor Philadelphia di perbatasan Mesir-Gaza, sebuah posisi yang ditentang oleh Hamas dan Mesir.
Dia menunjukkan peta yang menunjukkan pengerahan IOF dan mengklaim bahwa rencana ini mendapat dukungan dari pemerintahan Biden.
Gallant menantang Netanyahu, menuduhnya salah mengartikan posisi militer, dan berpendapat bahwa mempertahankan pengerahan saat ini dapat membahayakan kesepakatan gencatan senjata dan memperburuk ketegangan regional.
Argumen tersebut meningkat, dengan Netanyahu mengetukkan tangannya ke meja dan menuduh Gallant berbohong.
Gallant membalas, dengan menyatakan bahwa pendekatan Netanyahu dapat merusak negosiasi dan menempatkan nyawa para tawanan pada risiko yang lebih besar. [IT/r]
Story Code: 1157544
Islam Times
https://www.islamtimes.com