Islam Times - UNRWA Kehilangan Kontak dengan Banyak Staf di Gaza, setelah Mengetahui Kematian Mereka

UNRWA Kehilangan Kontak dengan Banyak Staf di Gaza, setelah Mengetahui Kematian Mereka

IslamTimes - Kepala Staf UNRWA Ben Majekodunmi mengungkapkan bahwa 135 anak staf UNRWA telah dibunuh di Gaza.

Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) telah kehilangan kontak dengan beberapa anggota stafnya di Jalur Gaza dan secara bertahap mengetahui kematian mereka, Kepala Staf UNRWA Ben Majekodunmi mengatakan kepada Sputnik.

Menurut pejabat tersebut, badan tersebut tidak mengetahui berapa banyak pekerja yang hilang karena "tidak mungkin" untuk menghubungi mereka, dengan menyebutkan lebih dari 13.000 anggota staf di Gaza.

Dia menjelaskan bahwa "komunikasi sangat terbatas. Banyak karyawan kami tidak dapat bekerja, khususnya, karena semua sekolah ditutup sejak 7 Oktober, atau karena mereka sedang mengurus anak-anak mereka."

"Lebih dari 205 karyawan UNRWA telah tewas di Gaza karena kami secara bertahap menerima informasi tentang korban. Misalnya, baru-baru ini kami mengetahui tentang kematian rekan kami yang terbunuh pada bulan Januari," kata pejabat tersebut.

Majekodunmi menambahkan bahwa 135 anak staf UNRWA telah dibunuh di Gaza.

Ia menjelaskan bahwa meskipun biasanya tidak ada hitungan jumlah yang spesifik, "setiap kali kami menerima data tentang kematian seorang karyawan, kami mengetahui bahwa mereka terbunuh bersama dengan anak-anak mereka," seraya menambahkan bahwa badan tersebut tidak mengetahui secara pasti berapa banyak anak-anak staf PBB lainnya yang telah terbunuh.

Menurut akun X UNRWA, sedikitnya 207 anggota tim UNRWA telah terbunuh di Jalur Gaza sejak serangan dimulai pada bulan Oktober. Para korban termasuk insinyur, guru, tenaga medis, dan pekerja kemanusiaan lainnya.

Jumlah pekerja PBB yang terbunuh di Gaza merupakan jumlah kerugian PBB terbesar sejak organisasi tersebut didirikan pada tahun 1945.

UNRWA, yang mengoordinasikan hampir semua bantuan untuk Gaza yang terkepung, telah mengalami krisis sejak Januari, ketika Zionis "Israel" secara keliru menuduh sekitar selusin dari 13.000 karyawannya di Gaza terlibat dalam peristiwa 7 Oktober. Hal ini menyebabkan para donor utama organisasi tersebut dari Barat menghentikan pendanaan.[IT/r]