Islam Times - Pasukan Israel 'Menembak Langsung' Kru Berita Turki di Khan Younis, Gaza

IslamTimes - Tim dari TRT Arabi (saluran berbahasa Arab TRT) telah melakukan tugas mereka untuk memberi tahu dunia tentang perang genosida Zionis Israel di Gaza ketika mereka menjadi sasaran langsung tembakan rezim Zionis Israel pada hari Minggu (18/8).

Pasukan Zionis Israel sekali lagi menyerang kru dari lembaga penyiaran publik Turki TRT di kota selatan Gaza, Khan Younis.

Kendaraan koresponden saluran tersebut Sami Berhum dan timnya ditembak dengan senjata laras panjang dengan lima peluru mengenai mobil.

Tidak ada laporan korban jiwa, tetapi Berhum mengalami luka ringan.

Ia berkata, "Ketika kami sedang menjalankan misi lapangan untuk jaringan TRT, kami ditembak langsung oleh pasukan Zionis Israel di barat laut Khan Younis."

Ia mencatat bahwa peluru tersebut langsung mengenai wajah dan dada kru, yang sedang menjalankan misi lapangan dengan mobil yang diperuntukkan bagi pers.

"Mengenakan alat pelindung dan helm adalah satu-satunya hal yang menunjukkan bahwa kami adalah jurnalis," kata Berhum.

Dalam pernyataan di akun X miliknya, Direktur Jenderal TRT Zahid Sobaci mengutuk serangan tersebut, dan berjanji akan terus menyuarakan suara Gaza.

"Kami tidak akan pernah menyerah menyuarakan suara Gaza, meskipun ada banyak rintangan dari negara teroris Zionis Israel, yang tidak mengenal batasan moral atau kemanusiaan," tulis Sobaci.

Pada bulan April lalu, serangan Israel di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah melukai tiga wartawan, satu di antaranya luka serius.

Seorang wartawan TRT, Sami Shehadeh, kakinya diamputasi setelah terluka dalam serangan itu. Berhum juga terluka.

Komite Perlindungan Jurnalis minggu lalu mendesak rezim Zionis Israel untuk berhenti melabeli wartawan yang dibunuh oleh pasukannya sebagai "teroris," dan menyerukan penyelidikan internasional yang segera dan independen atas pembunuhan tersebut.

Menurut penyelidikan awal CPJ, sedikitnya 113 wartawan dan pekerja media termasuk di antara lebih dari 40.000 orang yang tewas sejak Oktober, menjadikannya periode paling mematikan bagi wartawan sejak CPJ mulai mengumpulkan data pada tahun 1992.[IT/r]