Rusia dan Konflik Ukraina:
Kremlin: Rusia Sedang BerperangĀ
23 Mar 2024 01:19
IslamTimes - Operasi militer Rusia di Ukraina telah berubah menjadi perang besar-besaran setelah Barat ikut serta dalam konflik tersebut, kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov dalam wawancara dengan media nasional yang diterbitkan pada hari Jumat (22/3).
Apa yang awalnya merupakan operasi militer kini meningkat setelah negara-negara Barat ikut serta, kata Dmitry Peskov
Moskow akan terus mencapai tujuannya untuk memastikan bahwa militer Ukraina tidak dapat menimbulkan ancaman terhadap warga negara atau wilayah Rusia, kata juru bicara tersebut kepada surat kabar Argumenti i Fakty, seraya mencatat bahwa negara tersebut sekarang memiliki empat subyek federal baru yang harus dilindungi dan dibebaskan sepenuhnya dari ancaman pasukan Kiev.
Peskov menekankan bahwa Rusia tidak bisa membiarkan keberadaan negara di perbatasannya yang secara terbuka mengklaim akan merebut Semenanjung Krimea serta wilayah baru Rusia, merujuk pada Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk serta wilayah Zaporozhye dan Kherson.
“Kami sedang berperang,” kata Peskov, menjelaskan bahwa meskipun konflik tersebut dimulai sebagai operasi militer khusus, segera setelah “kolektif Barat menjadi partisipan di pihak Ukraina, bagi kami konflik tersebut menjadi perang.”
Dalam percakapan telepon dengan wartawan pada hari yang sama, Peskov menjelaskan bahwa meskipun konflik tersebut “secara de facto berubah menjadi perang,” secara hukum konflik tersebut tetap diklasifikasikan di Rusia sebagai operasi militer khusus dan tidak ada yang berubah dalam hal itu.
Kementerian Pertahanan Rusia baru-baru ini melaporkan bahwa sejak dimulainya operasi militer di Ukraina pada Februari 2022, lebih dari 13.000 warga negara asing telah ambil bagian dalam pertempuran di pihak pasukan Kiev.
Dari para pejuang tersebut, yang digambarkan Moskow sebagai tentara bayaran, sekitar 5.962 orang telah “dilenyapkan,” menurut kementerian tersebut. Kebanyakan dari mereka berasal dari Polandia, Georgia, Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Rumania, Jerman, dan Perancis, lapornya.
Kepala Badan Intelijen Luar Negeri (SVR) Rusia, Sergey Naryshkin, awal pekan ini mengklaim bahwa Prancis sedang mempersiapkan pasukannya untuk ditempatkan di Ukraina dan diduga ingin mengirim sebanyak 2.000 tentara untuk berperang demi Kiev.
Presiden Prancis Emmanuel Macron dalam beberapa pekan terakhir telah mengisyaratkan kemungkinan pengerahan pasukan NATO ke Ukraina, dengan menyatakan bahwa ia tidak dapat “mengecualikan” kemungkinan ini sambil mencap Rusia sebagai “musuh.”
Moskow telah memperingatkan bahwa langkah seperti itu kemungkinan akan mengarah pada bentrokan langsung antara pasukan Rusia dan NATO, yang menurut Presiden Vladimir Putin, akan “selangkah lagi menuju Perang Dunia III skala penuh.”[IT/r]
Story Code: 1124263