Islam Times - Pemukim Israel di Utara dan di Luar Tidak Akan Kembali karena Kurangnya Keamanan

Pemukim Israel di Utara dan di Luar Tidak Akan Kembali karena Kurangnya Keamanan

IslamTimes - Survei dan wawancara dengan pemukim Zionis Israel yang melarikan diri dari wilayah pendudukan memberikan gambaran mendalam mengenai efektivitas operasi Perlawanan dalam membongkar proyek kolonial.

Seorang pemukim Zionis Israel yang merekrut orang lain untuk menjajah kota al-Malikiyah di Lebanon mengatakan bahwa “tidak ada yang melindungi” dia dan pemukim lainnya, ragu apakah dia akan kembali ketika perang berakhir.

Sivan Shoshani Partush dan pemukim Zionis Israel lainnya tinggal di Kibbutz "Malkiya", di atas wilayah Lebanon yang direbut, tempat mereka membangun dan memperluas pemukiman kolonial, hanya 200 meter dari garis penarikan Zionis Israel dari Lebanon.

“Ada rasa takut, tapi saya bisa mengatasinya, karena itulah pilihan yang saya buat, karena ada yang melindungi saya,” kata Partush kepada Associated Press. “Tetapi sekarang ada perasaan bahwa tidak ada yang melindungi kami,” akunya. Pernyataannya muncul setelah pos-pos kolonial Israel dikalahkan oleh pejuang Perlawanan Palestina pada tanggal 7 Oktober dan ketika Perlawanan Islam di Lebanon – Hizbullah terus menargetkan situs pendudukan Israel di perbatasan Lebanon-Palestina, tidak terpengaruh oleh agresi Zionis Israel.

Puluhan ribu pemukim Israel dievakuasi dari pemukiman dan pertanian di Front Utara dan direlokasi ke kota-kota pemukiman dan kibbutzim lainnya di seluruh wilayah Palestina yang diduduki.

“Mereka perlu menciptakan sabuk keamanan, kita selalu perlu kehadiran tentara Zionis Israel, dan mereka perlu memperkuat pasukan darurat sehingga tidak ada seekor tikus pun yang bisa melewati perbatasan,” katanya.

“Kami ingin pulang, tapi sebaliknya kami mau kemana? Menakutkan sekali,” jelasnya.

“Saya tidak ingin putri saya tumbuh seperti saya,” kata Michal Nidam, seorang pemukim lainnya dari “Kiryat Shmona”, salah satu pemukiman terbesar di wilayah pendudukan al-Jalil, yang berbatasan dengan Lebanon.

“Saya punya rasa cemas sejak kecil… Saya tidur dengan sepatu dan pakaian,” kata Nidam.[IT/r]