Palestina vs Zionis Israel:
Hamas: Gaza Hanya Akan Diperintah oleh Rakyatnya Sendiri, Tidak Ada Otoritas kecuali Warga Palestina
14 Nov 2023 04:40
IslamTimes - Seorang pejabat senior gerakan perlawanan Palestina, Hamas, menolak klaim Zionis Israel dan beberapa pendukungnya di Barat bahwa Jalur Gaza diperintah oleh pihak mana pun kecuali rakyatnya sendiri setelah berakhirnya perang Zionis Israel yang sedang berlangsung.
Osama Hamdan, yang merupakan perwakilan Hamas di Lebanon dan juga anggota politbiro kelompok tersebut, menyampaikan pernyataan tersebut dalam konferensi pers hari Minggu (12/11) di Beirut.
“Kami mengatakan kepada pemerintah Amerika dan para pemimpin kriminal pendudukan bahwa Gaza hanya akan diperintah oleh rakyatnya, dan tidak akan ada otoritas politik atau keamanan kecuali warga Palestina di sana,” kata Hamdan.
Pernyataannya muncul setelah Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan awal pekan ini bahwa ketika perang Zionis Israel di Gaza berakhir, wilayah tersebut harus disatukan dengan Tepi Barat yang diduduki di bawah pemerintahan Otoritas Palestina.
Namun pada hari Sabtu (11/11), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menentang kembalinya Otoritas Palestina ke Gaza, menggarisbawahi semakin besarnya perbedaan pendapat antara rezim tersebut dan AS mengenai masalah ini.
“Kami adalah bangsa merdeka yang tidak menerima perwalian dari siapapun, dan darah serta nyawa kami akan menjadi harga kebebasan kami…. Jadi, selamatkan diri Anda dari kesulitan berpikir, dan pikirkan bagaimana cara turun dari pohon sebelum Anda terbakar,” kata Hamdan.
Di bagian lain dalam sambutannya, pejabat Hamas mengkritik komunitas internasional karena tidak melakukan apa pun dalam menanggapi serangan udara Israel di Rumah Sakit al-Ahli Arab, yang juga dikenal sebagai Rumah Sakit Baptis, bulan lalu.
“Neo-Nazi [di Zionis Israel] … melakukan pembantaian di Rumah Sakit Baptis di Kota Gaza pada tanggal 17 Oktober, yang menyebabkan sekitar 500 [orang] menjadi martir, dan sekitar 600 warga sipil serta anak-anak terluka. Dunia pada saat itu hanya diam dan tidak mempertanyakan pendudukan, juga tidak meminta pertanggungjawaban para penjahat,” kata pejabat Hamas tersebut.
Dia menambahkan bahwa alih-alih mengutuk Israel, beberapa pendukung rezim tersebut malah mempromosikan kebohongannya dan memberinya lampu hijau untuk melakukan lebih banyak pembantaian.
Hamdan mengatakan kegagalan dunia untuk meminta pertanggungjawaban Israel atas kejahatan tersebut semakin menguatkan rezim tersebut untuk menargetkan lebih banyak rumah sakit dan melakukan pertumpahan darah lebih lanjut.
“Hari ini… pembantaian rumah sakit… oleh pendudukan [rezim] berlanjut di Kota Gaza dan bagian utara [wilayah]… di hadapan dunia dengan pemboman langsung terhadap Kompleks Medis al-Shifa, Kompleks al-Nasr, Rumah Sakit Indonesia, dan Rumah Sakit al-Quds,” tambah pejabat Hamas itu.
Dia mencatat bahwa serangan rezim tersebut telah “membunuh para pengungsi dan staf medis, menghalangi ambulans bergerak, dan memutus semua pasokan medis” ke wilayah tersebut.
“Jika sebelumnya pendudukan berusaha menyembunyikan kejahatannya dalam pembantaian Rumah Sakit Baptis dan berusaha menghindari tanggung jawab atas hal tersebut, kini mereka menjadikan rumah sakit sebagai sasaran langsungnya, membom mereka dengan pesawat, dan tidak peduli dengan kemarahan dunia, atau rasa malu. pendukung dan mitranya,” kata Hamdan.
Pejabat tersebut memperingatkan bahwa siapa pun yang tetap diam atau gagal mengambil tindakan untuk menghentikan atau mencegah serangan Zionis Israel terhadap rumah sakit atau meminta pertanggungjawaban para pemimpinnya di hadapan pengadilan internasional adalah orang yang bertanggung jawab atas pembantaian yang terjadi di rumah sakit di Gaza.
“Kami juga menganggap pemerintahan AS dan Presiden [Joe] Biden, khususnya, bertanggung jawab langsung atas kejahatan ini, yang dilakukan dengan pesawat dan rudal AS serta dukungan mutlak AS,” kata pejabat Hamas tersebut.
Hamdan mengatakan Zionis Israel terus membunuh warga Palestina untuk menebus kekalahan yang mereka alami pada 7 Oktober, ketika kelompok perlawanan yang berbasis di Gaza melancarkan Operasi Badai al-Aqsa sebagai tanggapan atas kekejaman rezim terhadap warga Palestina selama puluhan tahun.[IT/r]
Story Code: 1095469