QR CodeQR Code

Bagaimana Kunjungan Menhan Rusia Penting bagi Aliansi Teheran-Moskow?

29 Sep 2023 07:41

Islam Times - Sebulan setelah delegasi militer tingkat tinggi Iran yang dipimpin komandan militer Jenderal Kioumars Heydari mengunjungi Moskow dalam pameran militer Angkatan Darat 2023 di Rusia yang menghasilkan kesepakatan peningkatan kontak dan kerja sama militer, Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu mengunjungi Teheran pada hari Rabu, memberi isyarat percepatan tren yang berkembang dalam interaksi militer kedua negara.


Kunjungan Shoigu dan delegasinya ke Teheran adalah yang pertama dalam satu dekade dan karenanya, kunjungan ini dipandang penting dalam hal agenda dan hasil. Apa dampaknya terhadap kerja sama militer kedua negara di masa depan?

Secara umum, tampaknya para pejabat Iran dan Rusia menganggap kunjungan ini menandai langkah signifikan dalam meningkatkan hubungan militer mereka.

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa kunjungan tersebut akan berkontribusi pada hubungan militer yang lebih erat dengan Teheran, dan menambahkan bahwa ini akan memulai tahap penting dalam mengembangkan kerja sama mereka.

Perwakilan Rusia untuk organisasi internasional di Wina Mikhail Ulyanov memposting video di X, sebelumnya Twitter, yang menunjukkan sambutan hangat terhadap Shoigu oleh Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran Jenderal Mohammad Bagheri.

“Iran adalah tetangga dan mitra kami. Dialog, termasuk antar pejabat militer, diperlukan,” bunyi keterangan video tersebut.

Dalam pertemuan tersebut, Jenderal Bagheri sejalan dengan posisi para pejabat Rusia mengumumkan keputusan para pemimpin kedua negara untuk menempatkan hubungan pada jalur pertumbuhan dan perkembangan lebih lanjut, dan menyuarakan kepuasannya mengenai dimensi baru dalam kemitraan yang telah dibuat seiring waktu dengan Federasi Rusia.

Penekanannya pada pembentukan hubungan militer baru antara kedua negara dari waktu ke waktu sebagian besar dapat dikaitkan dengan perkembangan regional dan internasional selama dekade terakhir yang memungkinkan Teheran dan Moskow untuk beralih ke aliansi tidak tertulis yang memenuhi kepentingan geopolitik mereka. Dan tentu, saja wajah asli aliasni ini adalah konfrontasi plot Arab-Barat melawan pemerintah Suriah.


Krisis Suriah menjadi titik balik kerja sama militer Teheran-Moskow
Iran dan Rusia membentuk aliansi strategis yang baru dan belum pernah terjadi sebelumnya sejak meletusnya krisis Suriah pada tahun 2011. Selain keberhasilan kerja sama antara kedua negara dalam memerangi penyebaran terorisme Takfiri di Suriah, yang  semakin berkembang dalam geografi keamanan kawasan bagaikan tumor kanker karena dukungan Barat, kedua negara ini menangkis rencana Barat yang dipimpin Amerika yang memulai dengan krisis Suriah demi mengubah kekuatan di Asia Barat dengan tujuan utama menghancurkan kekuatan Rusia dan Iran.

Sebagai bagian dari aliansi tersebut, untuk pertama kalinya, Iran, Rusia, Suriah dan Irak mendirikan pusat komando intelijen bersama di Bagdad pada tahun 2015 untuk mengoordinasikan operasi terpisah melawan kekhalifahan teroris ISIS, yang pada saat itu telah menguasai sepertiga wilayah Irak dan wilayah Suriah.

Kerja sama militer dan intelijen ini tumbuh pada tahun-tahun berikutnya, dan pada tahun 2016, Iran mengizinkan pesawat pengebom strategis Rusia mendarat di pangkalan udaranya di provinsi barat laut Hamedan untuk menyerang ISIS di Suriah dari jarak yang lebih dekat.

Namun kemenangan atas front destabilisasi internasional di Suriah tidak menghentikan laju kedekatan militer dan politik Rusia-Iran. Sebenarnya, Rusia yang dipimpin Putin untuk pertama kalinya semakin tertarik untuk memulihkan pengaruh historisnya di Asia Barat dan Afrika Utara, dan hal ini memerlukan pemeliharaan hubungan dekat dengan Teheran sebagai sekutu yang kuat dan berpengaruh dalam persaingan melawan Barat.

Antara tahun 2000 dan 2006, Teheran hanya melakukan dua pembelian besar dari Rusia termasuk sistem pertahanan dan pesawat SU-25, dan bahkan Moskow menunda pengiriman sistem pertahanan udara S-300 ke Iran hingga tahun 2017 karena sanksi Barat. Namun setelah krisis Suriah, keadaan berubah total, dan antara tahun 2010 dan 2023, Rusia dan Iran melakukan 9 latihan militer gabungan, sebagian besar ditujukan untuk melawan terorisme, pembajakan, serta pelatihan untuk misi pencarian dan penyelamatan.

Selain itu, sejak tahun 2019, Iran, Rusia, dan Tiongkok memulai jadwal latihan angkatan laut tahunan di Samudera Hindia atau dekat Teluk Oman, yang menandakan meningkatnya aliansi militer kekuatan Timur dengan Republik Islam di kawasan Asia Barat dan kerja sama strategis dengan Teheran pada kasus-kasus geopolitik penting dalam kelanjutan kemitraan ekonomi.

Kerja sama militer dalam hubungan strategis
Meskipun krisis regional yang melanda Suriah mengawali babak baru dalam sejarah hubungan Rusia-Iran berdasarkan kerja sama keamanan dan militer, krisis Ukraina dan sanksi besar-besaran Barat terhadap Moskow mengubah pandangan para pemimpin Kremlin terhadap pengembangan hubungan dengan sekutu guna mengurangi tekanan ekonomi dan menghindari isolasi internasional. 

Sementara itu, Iran, yang berada di bawah sanksi Barat dan oleh karena itu tidak takut bekerja sama dengan Rusia dan pada saat yang sama merupakan jembatan antara Rusia dan Teluk Persia serta memperingatkan perairan samudera, berada di bawah fokus Rusia.

Selama kunjungan Menteri Pertahanan Rusia, Jenderal Bagheri menyampaikan berita tentang penyusunan dokumen kerja sama jangka panjang Iran-Rusia. Menurutnya, dokumen ini memiliki aspek pertahanan dan militer yang kuat serta dapat memberikan landasan yang tepat untuk mengembangkan kerja sama jangka panjang antara Teheran dan Moskow.

Meskipun Barat dengan kehebohan medianya berusaha menghubungkan kecenderungan kedua negara untuk terlibat dalam kerja sama militer yang lebih luas dengan perkembangan Ukraina dan bahkan dengan dalih ini, ingin memperpanjang sanksi senjata anti-Iran di Dewan Keamanan PBB, hal ini bertolak belanag dengan klaim Barat bahwa berakhirnya sanksi terhadap impor senjata konvensional pada tahun 2020 tidak hanya menciptakan kehausan Iran akan senjata Rusia, tetapi juga swasembada pertahanan Iran menunjukkan bahwa Teheran tegah mencari pendapatan dari senjata modernnya seperti drone, rudal balistik, dan pertahanan udara.

Namun, tampaknya dokumen kerja sama jangka panjang antara kedua negara ini sebagian didorong oleh keinginan Angkatan Bersenjata Iran untuk menggunakan atau berpartisipasi dalam produksi beberapa teknologi dan senjata canggih Rusia seperti jet tempur dan helikopter serang.[IT/AR]


Story Code: 1084678

News Link :
https://www.islamtimes.com/id/news/1084678/bagaimana-kunjungan-menhan-rusia-penting-bagi-aliansi-teheran-moskow

Islam Times
  https://www.islamtimes.com